SEMARAPURA, BALIPOST.com – Kepungan sampah di perairan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung yang beredar di media sosial belum hilang dari publik. Namun demikian, hal tersebut diklaim belum berdampak pada aktivitas wisata bahari. Seluruhnya masih berjalan seperti biasa.
“Kunjungan wisatawan di permukaan tidak terpengaruh. Tamu justru banyak. Begitu juga yang diving,” ungkap Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Klungkung, I Nengah Sukasta saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (9/3).
Pejabat asal Lingkungan Kemoning, Semarapura Klod ini menyebutkan kunjungan demikian didapatkan setelah melakukan pemantauan secara langsung ke lokasi. Ini diperkuat dengan pengakuan sejumlah pelaku pariwisata. Saat bersamaan pula, juga dilakukan peninjauan ke Manta Point yang dikabarkan terkepung sampah hingga memicu kesan kumuh. “Pengamatan di permukaan, tidak melihat sampah banyak. Kalau menyelam, kami belum. Rencananya setelah nyepi,” katanya.
Disampaikan lebih lanjut, jika pun sampah itu benar adanya, diyakini tak sepenuhnya berasal dari wilayah Nusa Penida maupun Klungkung daratan. Namun juga kiriman dari perairan lain akibat gelombang. “Sebulan lalu ada yang menyelam. Malah laut bersih. Untuk penanganan sampah sudah sering dilakukan. Tapi baru dipantai,” jelasnya.
Kunjungan wisatawan di kepulauan yang dijuluki The Blue paradise Island itu setiap bulannya sekitar 2 ribu orang yang didominasi asing. Data ini berasal dari penjualan tiket speed boat yang dikenakan retribusi oleh pemkab. “Itu yang baru berhasil kami data setiap bulan. Pintu masuk ke Nusa Penida kan banyak. Kami perkirakan kunjung sekitar 7 ribuan. Kami belum memiliki data akurat,” sebut mantan Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan informatika Klungkung ini.
Memastikan sampah tersebut, Polres Klungkung juga turut meninjau. Dibawah pimpinan Kapolres AKBP Bambang Tertianto, tim melihat kawasan Manta Point dalam keadaan bersih. Demikian pula saat dilakukan penyelaman.
Seperti berita sebelumnya, kepungan sampah di perairan itu beredar di medsos berupa vidio. Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan (DLHP) Klungkung, Anak Agung Kirana tak menampik hal tersebut. Namun ditegaskan, sampah organik dan anorganik itu tidak hanya berasal dari wilayah Kabupaten Klungkung, baik daratan maupun kepulauan Nusa Penida. “Sampah ini juga kiriman dari daerah lain. Bukan dari Klungkung saja,” tegasnya.
Penanganannya, memang sulit dilakukan. Keterbatasan peralatan dan petugas menjadi penyebab hal tersebut. Menurutnya itu harus dilakukan dari kawasan hulu. Demikan pula keterlibatannya, harus bersama-sama dengan kabupaten lain. “Ini harus diilakukan secara bersama-sama. Tidak hanya Klungkung saja,” imbuhnya.
Kepala UPT Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Nusa Penida, Komang Kariawan menyampaikan kondisi tersebut rutin terjadi setiap tahun, bertepatan musim hujan dan gelombang pasang, salah satunya di Manta Point. Ia pun mengakui penanganannnya sulit dilakukan, bahkan bisa dikatakan kewalahan.
“Biasanya banyak Maret dan Agustus. Untuk pembersihan, di pesisir berjalan setiap hari. Yang di laut, hanya sewaktu-waktu saja dengan cara manual. Petugas khusus penanganan tidak ada. Sampah ini banyak kiriman,” jelasnya. (sosiawan/balipost)