MANGUPURA, BALIPOST.com – UNWTO memastikan memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan dan laki-laki untuk berkontribusi terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ke-5, yaitu mencapai kesetaraan gender.
Director of the Regional Department for Asia and the Pacific UNWTO Harry Hwang mengatakan, berdasarkan Agenda 2030 PBB untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), dan Kode Etik Pariwisata Global, UNWTO memiliki tanggung jawab bersama memastikan pariwisata memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan dan laki-laki. “Semua bergantung pada kita, untuk memastikan bahwa setiap orang mempunyai kesempatan untuk mendapatkan manfaat dari peluang yang ditawarkan oleh perjalanan dan pariwisata,” ujarnya saat pembukaan The 2nd UN Tourism Regional Conference on the Empowerment of Women in Tourism in Asia and the Pacific, Kamis (2/5) di Badung, Bali.
Setiap orang dapat memiliki kesempatan untuk bepergian, tanpa hambatan apa pun jenis kelaminnya. Ia juga meminta agar memanfaatkan momen pemulihan ekonomi dan pariwisata ini untuk membalikkan dampak negatif pandemi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap kesetaraan gender.
“Konferensi hari ini membuat sejarah karena kita menjadi tuan rumah Roundtable Discussion Menteri Pariwisata Perempuan yang pertama. Sungguh menggembirakan melihat seluruh subkawasan di Asia Timur, Pasifik, dan Asia Selatan terwakili sepenuhnya. Kami menggunakan momen bersejarah ini untuk merayakan keberhasilan para menteri perempuan yang berkumpul di sini hari ini, meskipun kita tidak bisa melupakan fakta bahwa di wilayah kita, hanya 16% menteri pariwisata yang perempuan. Hal ini menyoroti upaya yang harus kita lakukan untuk memperjuangkan kesetaraan gender di sektor kita,” ujarnya.
Ia berharap bahwa pelajaran yang dapat dipetik dari Roundtable Discussion serta dari 3 Diskusi Panel akan membantu untuk mendobrak hambatan bagi generasi mendatang dan menginspirasi semua perempuan muda yang hadir untuk memulai karir yang cemerlang di sektor pariwisata. Ia berharap dengan pertemuan hari ini dapat memperkuat tujuan yang sama yaitu visi bersama untuk masa depan sektor pariwisata yang menawarkan peluang yang lebih banyak dan lebih baik untuk pemberdayaan perempuan dan anak perempuan dan lingkungan pariwisata yang mewujudkan kesetaraan gender.
Sementara itu, Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo mengatakan, pemberdayaan perempuan bukan sekedar soal pencapaian kesetaraan dan hak asasi manusia. Namun pemberdayaan perempuan menghasilkan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Penelitian dari IMF (Dana Moneter Internasional) menunjukkan bahwa dengan mempersempit kesenjangan umum di pasar tenaga kerja, dapat meningkatkan PDB di negara-negara pasar negara berkembang sebesar hampir 8%. Sedangkan keuntungan yang diperoleh dari pengurangan kesenjangan gender, hasilnya akan lebih besar lagi, yaitu meningkatkan PDB di negara-negara tersebut rata-rata sebesar 23%.
Penelitian menunjukkan dengan memberdayakan perempuan, sama dengan solusi iklim yang lebih baik dengan peran penting mereka dalam mengelola, melestarikan, dan memanfaatkan sumber daya alam. Hal ini juga mengurangi tingkat kemiskinan, mengurangi kerawanan pangan, dan meningkatkan kesejahteraan keluarga untuk komunitas yang lebih aman dan sehat, dan tentunya, negara.
Tahun lalu, Indonesia berada di peringkat 87 dalam kesenjangan gender global, yang menunjukkan bahwa Indonesia telah mencapai 69,7% kesetaraan gender. “Namun, saya yakin kita bisa sepakat di sini, bahwa kita masih perlu berbuat lebih banyak dalam upaya percepatan. Terutama, melihat tantangan global yang berdampak pada negara-negara, kita perlu mulai memberdayakan separuh populasi sisanya,” ujarnya.
Pariwisata disebut sebagai salah satu jawaban atas kesenjangan ketidaksetaraan gender. Karena banyaknya peluang yang diberikan, yang memberikan kesempatan bagi perempuan untuk berpartisipasi di sektor tersebut.
Dan di banyak belahan dunia, termasuk Indonesia, perempuan mengambil angka besar pada tenaga kerja pariwisata dan wirausaha, bahkan di bidang pendidikan.
Meskipun partisipasi perempuan tinggi dalam pendidikan dan lapangan kerja, perempuan cenderung bekerja pada pekerjaan yang kualitasnya lebih rendah dan lebih informal.
Perempuan juga kurang terwakili dalam peran strategis dan kepemimpinan. Bahkan ketika laki-laki dan perempuan memiliki peran dan tanggung jawab yang sama, statistik menunjukkan bahwa kesenjangan upah berdasarkan gender masih ada. “Saya yakin konferensi ini akan menjadi katalisator perubahan yang berarti bagi perempuan di sektor pariwisata, dan juga pemberdayaan perempuan di sektor pariwisata,” imbuhnya. (Citta Maya/balipost)