Prinsip perdagangan yang adil dan berkelanjutan perlu terus didukung dan dihormati, baik yang terjadi di lingkungan perdagangan nasional maupun global. (BP/may)

DENPASAR, BALIPOST.com – Prinsip perdagangan yang adil dan berkelanjutan perlu terus didukung dan dihormati, baik yang terjadi di lingkungan perdagangan nasional maupun global. Hal itu perlu dilakukan untuk mendorong perubahan positif dalam dunia bisnis menuju model yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan adil. Demikian disampaikan Ketua Panitia World Fair Trade Day Bali 2024, Arie Wibowo Saputra, Senin (13/5).

Ia mengatakan, fair trade sangat penting untuk meningkatkan kesetaraan dan kesejahteraan produsen dan pekerja serta untuk menjaga lingkungan. Konsep revolusi bisnis ini mengacu pada perubahan radikal dalam cara melihat, menjalankan, dan berpartisipasi dalam dunia bisnis.

Baca juga:  Dampak Penataan Toko Modern, Sejumlah Pengusaha Keluhkan Tak Bisa Perpanjang Izin

“Tujuan dari revolusi ini adalah untuk mengubah model bisnis konvensional, yang seringkali berfokus pada keuntungan, menjadi model bisnis yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan bertanggung jawab secara sosial,” ujarnya.

Beberapa prinsip yang mendasari antara lain, pertama, kesetaraan dan keadilan yakni mempromosikan kesetaraan dalam hubungan bisnis, termasuk hak-hak pekerja dan akses ke peluang bisnis. Ini termasuk mendukung prinsip-prinsip perdagangan yang adil dan pemberdayaan komunitas lokal.

Kedua, memasukkan pertimbangan lingkungan ke dalam semua bagian bisnis, dari produksi hingga pemasaran. Ada upaya untuk pengurangan limbah, penggunaan energi terbarukan, dan penanaman kembali sumber daya alam agar tetap terlestari.

Baca juga:  Menteri PPPA Perkuat Kesetaraan Gender Bidang STEM

Ketiga, keterlibatan sosial dengan memperhatikan dan menanggapi masalah sosial di sekitar usaha itu. Ini dapat termasuk mendukung pendidikan, kesehatan masyarakat, dan pemberdayaan perempuan.

Keempat, pembuatan barang dan jasa yang menguntungkan jangka pendek dan jangka panjang bagi masyarakat dan lingkungan. Teknologi ramah lingkungan, bahan daur ulang, dan model bisnis berbagi adalah beberapa contohnya.

Kelima, memastikan perusahaan bertindak secara transparan dan akuntabel dalam semua aspek operasi mereka, termasuk melaporkan dengan jelas tentang dampak sosial dan lingkungan dari operasi bisnis mereka.

“Diharapkan kita dapat menciptakan dunia bisnis yang lebih berkelanjutan, inklusif, dan bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dengan menerapkan prinsip-prinsip ini,” katanya.

Baca juga:  Musim Kemarau, BKSDA akan Tambah MPA di Kintamani

Saputra juga menjelaskan soal tujuan digelarnya peringatan World Fair Trade Day di Bali. Beberapa diantaranya adalah meningkatkan kesadaran publik tentang peran fair trade dalam menciptakan kesetaraan dan kesejahteraan; mendorong orang untuk berpartisipasi secara aktif dalam mendukung produk-produk fair trade, meningkatkan jaringan dan kolaborasi antara produsen fair trade, konsumen, dan pemangku kepentingan terkait. Selain itu, peringatan tersebut juga bisa memotivasi pengembangan model bisnis yang lebih inklusif dan berkelanjutan. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN