SEMARAPURA, BALIPOST.com – Keberadaan sumber air di Bali, saat ini menjadi sorotan  seiring penyelenggaraan WWF. Kekhawatiran banyak pihak terhadap keberadaan sumber mata air lantaran makin banyak hutan hingga tegalan disulap menjadi fasilitas pariwisata, baik hotel maupun restoran.

Sumber daya air harus dibentengi dari gempuran fasilitas pariwisata, untuk menjaga keberlangsungan sektor pertanian.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Klungkung Ida Bagus Juanida, Senin (20/5), mengatakan sumber daya air yang tersedia di Klungkung saat ini, hanya mampu memenuhi setengah dari kebutuhan air untuk aktivitas pertanian basah seluas 3.572 hektar.

Baca juga:  Kasus COVID-19 Melonjak Lagi di Klungkung, Sejumlah Pasien Kondisi Berat

Namun, budaya pertanian di Klungkung, aktivitas lahannya dilakukan secara bergilir, setelah menanam tanaman padi, kemudian palawija. Sehingga, sejauh ini kebutuhan air untuk aktivitas pertanian dikatakan masih tercukupi.

Dia menambahkan, sumber daya air ini, sangat tergantung dengan sumber daya alam yang ada.

Pengaruh alih fungsi lahan dan hutan menjadi pemukiman maupun kawasan pariwisata membuat sumber daya air kian tergerus. Demikian juga luasan lahan pertanian.

Baca juga:  Diduga Korsleting, Puskesmas di Dawan Kebakaran

Misalnya di Klungkung, khususnya di Nusa Penida, saat ini perkembangan pariwisata, tetapi dari sektor pertanian, meski di sana tidak ada lahan basah, tetapi dia mengaku khawatir tergerusnya lahan untuk produksi jagung, ketela pohon dan lainnya, yang merupakan bahan pangan. (Bagiarta/balipost)

Tonton selengkapnya di video

BAGIKAN