Siswa tengah belajar membatik. (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPOST.com – Kebijakan belajar mengajar yang berjalan saat ini telah berbasis kesehatan mental (wellbeing) agar siswa tidak merasa terbebani. Hal itu dikatakan Kepala Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Irsyad Zamjani.

“Sebenarnya kurikulum merdeka yang kami susun memiliki pondasi pada kesehatan mental tujuannya agar kegiatan belajar mengajar menjadi hal yang menyenangkan,” kata Irsyad, seperti dikutip dari Kantor Berita Antara, Kamis (30/5).

Kesehatan mental saat ini menjadi isu penting dalam dunia pendidikan agar dalam kegiatan belajar mengajar menjadi lebih bermakna dan menyenangkan. “Siswa dengan kesadaran sendiri mencintai kegiatan belajar,” ucapnya.

Baca juga:  Inmendagri Atur PPKM Kembali Dikeluarkan, Bali Masih Level 2

Hal tersebut serupa dengan kurikulum merdeka yang memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan menyenangkan kepada siswa.

Lewat kurikulum merdeka, guru-guru diminta menyusun kurikulum menyesuaikan kecepatan dan kebutuhan belajar siswa sehingga mereka tidak merasa tertekan (stres).

Materi yang diberikan hanya yang esensial (penting atau utama) saja sehingga guru lebih fleksibel dalam menyampaikan materi. “Sebaiknya materi disampaikan berbasis pengalaman dan proyek bukan semata-mata dari buku teks semata,” katanya.

Baca juga:  Kondisi Kesehatan Ibu di Indonesia Masih Memprihatinkan

Dengan demikian, lanjut Irsyad, meski cara pembelajaran lebih menyenangkan tetapi tetap relevan dengan tujuan yang ingin dicapai.

Sementara itu, Kepala Wellbeing di British School Jakarta (BSJ) Andrea Downie mengatakan, berdasarkan definisi akademis yang paling sering dikutip, kesehatan mental adalah adalah bagaimana seseorang merasa dan berfungsi baik secara pribadi maupun sosial serta bagaimana menilai kualitas hidup yang sudah dijalankan.

Menurut Andrea, kesehatan mental menjadi kunci dalam menumbuhkan perkembangan pribadi, adaptabilitas, ketangguhan, dan kebahagiaan, ucap Andrea.

Baca juga:  Malaysia Deteksi Kasus Omicron pada Pelajar dari Afsel

Menurut Andrea dalam mewujudkan kesehatan mental di sekolah, BSJ telah membentuk wadah kolektif yang melibatkan murid, staf, dan pemangku kepentingan.

“Di BSJ, kami menyadari bahwa menumbuhkan kesehatan mental melampaui upaya individu ini memerlukan pendekatan sistematis yang melibatkan seluruh anggota komunitas,” ujar Andrea. (Kmb/Balipost)

 

BAGIKAN