Sejumlah perahu jukung tradisional nelayan di Jembrana nampak berjejer tidak melaut kondisi cuaca ekstrem. (BP/Dokumen)

NEGARA, BALIPOST.com – Cuaca ekstrem belakangan ini di wilayah Jembrana berdampak pada aktivitas perairan seperti nelayan maupun penyeberangan. Selama beberapa hari belakangan ombak besar mempengaruhi kegiatan mencari ikan para nelayan. Banyak nelayan yang memilih libur melaut menunggu cuaca normal.

Sejumlah nelayan tradisional (jukung) di Pengambengan, Minggu (9/6) mengakui beberapa hari tidak melaut karena kondisi ombak dan cuaca di tengah laut yang tidak menentu. “Kalaupun nekat juga belum tentu ada ikan. Belakangan ombak besar, sementara tidak melaut sambil perbaikan jaring (alat tangkap),” ujar Aan (45) nelayan jukung di Pengambengan.

Baca juga:  Wisuda ke-80 Untar, Gubernur Koster Orasi Ilmiah Jabarkan Ekonomi Kerthi Bali

Cuaca ekstrem seperti angin kencang dan hujan deras, sangat beresiko bagi nelayan di tengah laut. Meskipun jarak tangkap nelayan jukung tidak sejauh perahu selerek (purse seine), namun resiko dengan cepatnya perubahan cuaca harus diwaspadai. Saat melaut ke tengah cuaca sangat cerah, namun dengan cepat bisa berubah gelap dan berpotensi hujan deras. Rerata nelayan jukung kayu ataupun fiber menggunakan mesin tempel dibawah 10 GT.

Baca juga:  Musim Hujan di Bali Diperkirakan Mulai November

Selain dengan cara memancing, juga menebar jaring untuk menangkap ikan dan dengan pola sederhana. Paling banyak hasil tangkapan dua, tiga box atau memenuhi lambung perahu saja. “Kalaupun sudah ada tangkapan juga sangat bergantung dari harga jual ikan di pengepul. Sehingga pendapatan juga tidak tentu,” ujar Madek, nelayan lain. Saat ini ikan tongkol dan putihan yang sering didapatkan. Harga dua jenis ikan tersebut juga tergolong tinggi karena dampak kondisi cuaca dan belum musim panen ikan. (Surya Dharma/Balipost)

Baca juga:  Dikeluhkan, Kerusakan Jalan di Pesisir Tegalenga
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *