DENPASAR, BALIPOST.com – Ekspor batik stamp meningkat 10-15 persen sejak tahun 2016. Batik jenis ini ternyata diminati pasar Amerika Serikat (AS).
Salah satu produsen yang mengekspor batik ini ke AS adalah D’Agung. Sejak awal berdirinya di tahun 1995, perusahaan berbentuk CV ini memang berorientasi ekspor.
Penerus CV D’Agung, I Gusti Agung Bagus Magha Bojana, ST., M.IT menuturkan, ekspor meningkat tahun 2016, 2017, 2018. Bahkan ekspor dilakukan seminggu sekali, atau 4 kali dalam sebulan.
Tujuan ekspornya 100 persen ke Amerika Serikat. Disana ada 4 klien yang sejak tahun 2000 menjadi langganannya.
Terkadang jika kelebihan order, ia terpaksa menolak karena kapasitas produksinya hanya 6.000 pcs setiap bulan. Ia lebih mengutamakan kualitas agar dapat terus bersaing dengan perusahaan sejenis. Itu pula yang membuatnya menolak order jika melebihi batas kemampuannya.
Selain mengerjakan pesanan, ia juga menjadi vendor produk yang sama. Per bulan pria yang menamatkan S2 IT di Amerika itu menjual produk vendor tersebut sebanyak 10.000 pcs. Orderan tersebut dikerjakan karyawannya dengan sistem borongan. Sehingga penghasilan karyawan tergantung dari seberapa banyak bisa menyelesaikan pakaian.
Banyak perusahaan garmen yang tutup dinilainya bukan karena pasar lesu. Tapi manajemen karyawan yang belum optimal. Maka dari itu ia menerapkan sistem borongan. “Garmen yang tutup karena kebanyakan karyawan. Makanya untuk menambah karyawan harus berhqti-hati,” ujar Wakil Bendahara Utama HIPMI Bali itu.
Pakaian batik stamp produksinya merupakan pekerjaan tangan karyawannya. Ada sekitar 30-an karyawan yang bekerja di pabrik yang berlokasi di Jalan Nangka Selatan itu. Mereka juga disediakan mess.
Keunggulan batik stamp adalah tidak mudah ditiru. Kain yang telah dibatik diterimanya dari perusahaan lain. Ia hanya mengerjakan penjahitan pakaian. Itupun modelnya sesuai permintaan pelanggan. Motif batiknya juga sesuai permintaan. Sehingga ia hanya mengerjakan pesanan. Pakaian batik stamp ini cocok digunakan saat musim panas di bulan April, Mei, Juni.
Meski bukan dari kalangan fashion ia giat mengerjakan bisnis keluarganya. Karena panggilan tanggung jawab. Namun, ia juga mencoba merintis usaha sendiri yang sesuai dengan dasar pendidikan S1 Teknik Sipilnya yaitu membuat HPL block board. (Citta Maya/balipost)