Ketua Kelompok Nelayan Wanasari Tuban, Made Sumasa menunjukkan budidaya kepiting bakau dengan sistem apartemen kepiting. (BP/Istimewa)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Budidaya kepiting bakau dengan sistem kotak atau apartemen kepiting kini semakin menjanjikan dibandingkan sistem konvensional. Seperti yang dikembangkan oleh Kelompok Nelayan Wanasari Tuban di Kabupaten Badung, hasil panen budidaya dengan sistem apartemen kepiting terbukti lebih efektif dibandingkan dengan sistem konvensional.

Menurut Ketua Kelompok Nelayan Wanasari Tuban, Made Sumasa, pengembangan kepiting bakau dengan sistem apartemen kepiting ini sangat efektif. Pada awal tahun 2009, budidaya dilakukan dengan sistem keramba tancap di bawah hutan bakau. Meskipun sistem ini cukup berhasil, ada kendala saat panen. Jumlah tebar serta padat kematiannya tidak jelas terlihat.

Baca juga:  Pangdam Terus Pantau Realisasi Ketahanan Pangan

“Untuk sistem keramba tancap, saat panen tidak ketahuan hasilnya. Entah hilang atau mati, kita nggak tahu,” kata Made Sumasa, Minggu (7/7).

Dijelaskannya, sistem apartemen hasilnya lebih efektif. Pemeliharaan lebih mudah dikontrol, pemberian pakan bisa dipastikan, dan dapat diketahui apakah kepiting ini makan atau tidak. “Dalam sistem ini, ada manajemen air, manajemen pakan, kemudian manajemen kepiting itu sendiri,” jelasnya.

Budidaya dengan sistem apartemen ini jauh lebih menjanjikan karena mudah dikontrol dan dipanen. Sistem ini lebih unggul daripada sistem yang lama, yang dipergunakan melalui keramba tancap, karena banyak risiko dan waktu pemberian pakan juga terlalu lama. “Kalau sistem apartemen ini simpel saja,” ucapnya

Baca juga:  Kelompok Nelayan Wanasari Kembangkan Sistem Apartemen Kepiting

Budidaya dengan sistem apartemen ini mulai dilakukan sejak akhir tahun 2023 dengan bantuan dari Pemkab Bandung melalui Dinas Perikanan. Awal budidaya dimulai pada bulan November, dan pada bulan Maret 2024 sudah berhasil panen. “Jadi, sekarang kita mencoba melakukan pemeliharaan budidaya yang kedua, hanya masih ada kendala dalam pengadaan bibit,” terangnya.

Pada panen pertama, dari 500 ekor kepiting yang ditebar, sekitar 340 ekor berhasil dipanen. Sisanya, setelah dipantau, diketahui masih ada yang bisa keluar dari box-nya karena peralatan yang kurang bagus. Pintu box mudah diterjang sehingga ada yang bisa keluar.

Baca juga:  Upaya Diversifikasi Pangan dengan Budidaya Porang

Ke depan, jika sistem ini bisa berkembang pesat, maka kemungkinan besar akan terus dikembangkan. “Mudah-mudahan kalau ini bisa berkembang pesat karena kami masih mempelajari ya, harapan kami, masyarakat tertarik untuk berinvestasi dalam budidaya kepiting sistem apartemen,” pungkasnya. (Parwata/balipost)

 

BAGIKAN