Pementasan seniman saat pembukaan Pesta Kesenian Bali, Sabtu (15/6) di Denpasar. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Perhelatan Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVI Tahun 2024 telah berlangsung selama sebulan penuh. Ada beberapa kritik dan evaluasi yang diberikan dalam pelaksanaan PKB XLVI Tahun 2024 ini.

Dua hal di antaranya yang menjadi sorotan, yaitu anggaran berkurang dan penghargaan Adi Sewaka Nugraha tak transparan.

Ketua Paguyuban Drama Gong Lawas, Anak Agung Gede Oka Aryana, SH., M.Kn., menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Pj. Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya dan Kadis Kebudayaan Bali, Prof. I Gede Arya Sugiartha, atas terlaksananya PKB ini sebagaimana diamanatkan oleh Perda Nomor 7 tahun 1986 yang kemudian telah direvisi menjadi Perda No. 4 Tahun 2006. Dikatakan, PKB adalah ajang parade atau festival tahunan yang sangat bergengsi dan merupakan wadah aktivitas dan kreativitas para seniman Bali dalam upaya mendukung program pemerintah untuk melestarikan, menggali, dan mengembangkan nilai-nilai seni budaya Bali.

Ia memberikan masukan dan evaluasi agar PKB tahun mendatang bisa lebih baik lagi. Ada 3 hal pokok yang sangat perlu disampaikan kepada Pemda Bali atau yang berwenang terhadap beberapa masalah. Pertama, terkait dengan taksu Taman Budaya Bali Art Center Denpasar. Diungkapkan, selama PKB diadakan yaitu sejak tahun 1979 hingga 2024, animo masyarakat dari seluruh Bali sangat tinggi untuk mengunjungi Art Center, karena memang posisinya tersebut berada di tengah-tengah kota sehingga sangat strategis. Hal ini menunjukkan taksu dari Art Center tersebut masih tinggi sekali.

Baca juga:  Bupati Giri Prasta Letakkan Batu Pertama Pembangunan RS Bhayangkara

“Untuk itu, kami sebagai masyarakat berharap kepada pemerintah untuk mengkaji ulang keinginan untuk memindahkan agenda PKB tersebut ke tempat lain. Kami merasa pesimis sekali dengan adanya rencana tersebut, karena tujuan pemerintah untuk lebih melestarikan dan mengembangkan seni budaya Bali tersebut menjadi terbalik 180 derajat. Selain karena faktor sejarah yaitu jas merah, jangan sekali-sekali melupakan sejarah juga karena faktor tempat yang baru tidak memiliki daya tarik apalagi bertaksu yang dapat mengurangi keinginan masyarakat mengunjungi tempat tersebut,” ujar Agung Aryana, Jumat (12/7).

Masukan kedua yaitu terkait Anggaran PKB. Dikatakan, anggaran PKB tahun ini jauh melorot dari tahun sebelumnya yaitu dari Rp10 miliar menjadi Rp6 miliar.

Menurutnya, hal ini sangat berdampak sekali terhadap kegiatan PKB dan juga fasilitas penunjang kepada para seniman yang akan mengikuti ajang PKB tersebut. Sebab, kegiatan-kegiatannya banyak sekali dipangkas jauh beda dengan tahun-tahun sebelumnya dengan alasan anggaran berkurang tanpa lebih detail menjelaskan penyebabnya.

Apakah itu disebabkan karena memang Pemda Bali defisit anggaran sebesar Rp1,9 trilun atau karena faktor lainnya.

Di sisi lain, kabupaten/kota berlomba-lomba menaikkan anggarannya sebagai bentuk perhatian dan dukungan penuh kepada para seniman yang mewakili daerahnya. “Kami menilai upaya Pemda Bali dalam mengusung tujuan PKB ini berbanding terbalik dengan perhatian dan dukungan terhadap seniman Bali yang katanya sebagai ujung tombak pelestari budaya Bali dan juga melenceng jauh sekali dari tema PKB yakni Jana Kerthi Paramaguna Wikrama. Karena dengan melorotnya anggaran tersebut, sangat besar sekali dampaknya dan ujung-ujungnya para seniman yang selama ini dipuji-puji sebagai ujung tombak pelestari Bali menjadi korbannya. Karena untuk pos anggaran pelestarian seni budaya Bali itu selalu dinomor sekiankan, makanya tidak salah ada plesetan ‘Dipuji tapi Dipinggirkan’ dan juga seperti pepatah Bali ‘Cara Nyebit Tiyinge Stata Ngamis Kacerikan’,” ujarnya.

Baca juga:  Terkait Kenaikan Tiket, Menparekraf Tampung Masukan Pelaku Wisata di Labuan Bajo

Oleh karena itu pihaknya sangat berharap pemerintah tidak tutup mata dan telinga atas keluhan seniman tersebut. Pihaknya pun mempertanyakan fungsi budgeting dan pengawasan yang dilakukan oleh DPRD Bali. “Apakah penurunan anggaran yang sangat drastis ini anggota dewan tersebut sudah tahu atau belum, kami sangat berharap semua stakeholder yang masih merasa peduli terhadap seni budaya Bali ikut memperhatikan dan mempertanyakan kesungguhan pemerintah dalam upayanya melakukan pelestarian seni budaya Bali. Jangan sampai tema PKB yang sangat bagus ini yaitu Jana Kerthi hanya sebatas slogan saja, pelaksanaannya jauh menyimpang dari tema tersebut,” tegas pria yang kesehariannya sebagai notaris ini.

Masukan ketiga, yaitu terkait penghargaan seni. Dikatakan, setiap selesai perhelatan PKB selalu ada penghargaan untuk para seniman. Baik terhadap apa yang sudah dilakukan oleh para seniman pada saat PKB berlangsung atau penghargaan seni yang rutin diberikan setiap tahun yaitu berupa penghargaan Adi Sewaka dan Dharma Kusuma.

Baca juga:  Setelah Hampir 3,5 Tahun, WHO Akhiri Status Darurat COVID-19

Diharapkan, hal ini mendapatkan perhatian yang sangat besar agar para seniman merasa dihargai atas kerja kerasnya dalam mempersiapkan diri mereka untuk bisa tampil dengan karya-karya seninya dengan maksimal sehingga sampai mengadakan latihan berhari-hari.

Demikian juga terhadap pemberian penghargaan seni Adi Sewaka dan Dharma Kusuma yang selama ini selalu menjadi perbincangan hangat di tengah para seniman Bali. Karena patut diduga pemberian penghargaan seni tersebut sarat dengan image tidak transparan, tidak adil, hanya berdasarkan faktor kedekatan, pesanan, dan bahkan ada isu permintaan dari tangan penguasa dan bukan karena pengabdian seni yang telah dilakukan oleh para seniman tersebut selama bertahun-tahun.

Apalagi, untuk PKB tahun ini karena alasan masalah anggaran jatahnya dikurangi dari yang sebelumnya masing- masing 10 orang seniman penerima penghargaan seni, pada PKB tahun ini dikurangi menjadi 8 orang seniman penerima penghargaan seni. “Kami berharap kepada masyarakat dan para seniman mari bersama-sama kita tunggu pengumuman dari Panitia. Dan kami persilahkan masyarakat dan para seniman untuk menilainya sendiri, apakah orang-orang yang menerima tersebut sudah layak atau pantas dan apakah benar praduga di atas tadi, silakan dinilai sendiri,” tandasnya. (Ketut Winata/balipost)

BAGIKAN