Salah satu sawah yang mengalami kekurangan air dampak irigasi kering. (BP/Olo)

NEGARA, BALIPOST.com – Musim kemarau yang terjadi di Bali Barat, menyebabkan sejumlah saluran irigasi di Jembrana kering. Kondisi ini membuat para petani yang sudah mulai tanam mengharuskan mencari alternatif air untuk menggenangi padi. Di sejumlah subak yang berada jauh dari sumber air dan bergantung dari irigasi, para petani mencari air menggunakan sumur-sumur bor secara bergantian.

Seperti yang dialami di beberapa lahan sawah di Subak Kali Kembar, Desa Baluk, Kecamatan Negara. Salah seorang petani, Ketut Rai, mengatakan, pasokan air sangat bergantung dari saluran irigasi yang bersumber dari bendung.

Baca juga:  Tukang Ojek Rampas Uang dan HP

Sejak beberapa pekan ini, pasokan air terus menurun. Terlebih sudah lama tidak turun hujan. “Bendung ditutup, karena juga airnya turun drastis. Kemarau ini sangat berpengaruh,” ujarnya. Para petani berupaya tetap mempertahankan tanaman mereka yang belum berbulir, dengan memasok air dari menyedot air dari sumur bor.

Kondisi tersebut, mengharuskan petani mengeluarkan biaya produksi lebih banyak. Seperti untuk sewa mesin sedot dan bahan bakarnya. Itupun dilakukan bergantian karena juga banyak petani yang mengalami hal serupa.

Baca juga:  Gunakan Dana Pribadi, Bupati Gede Dana Rehab Rumah Warga Miskin di Desa Ababi

Rata-rata petani perlu 1 liter BBM per jamnya. Untuk mengairi sawah beberapa petak, perlu satu malam menyedot air. Kalau kemarau ini lama berlangsung selama siklus tanam hingga berbulir, akan semakin menambah biaya. “Kalau dibiarkan kering, akan gagal panen. Terpaksa kami pakai sumur bor, agar dapat genangan air,” ujarnya.

Para petani sangat berharap, harga gabah di musim panen nanti tidak anjlok. Paling tidak ada hasil lebih dari proses produksi tanam selama hampir 4 bulan.

Baca juga:  Akibat Gempa Situbondo, Seratusan Bangunan di Jembrana Rusak

Pemerintah daerah sudah cukup membantu dengan memberikan bantuan pompa air dan mesin bor bagi subak. Namun, diharapkan di panen nanti juga bisa menjaga harga gabah agar tetap tinggi.

Di beberapa wilayah di Jembrana terutama di wilayah Barat, seperti Melaya dan Negara rentan dengan dampak kekeringan. Meskipun telah dibangun dua bendungan, Palasari di Ekasari dan Benel di Manistutu, masih sangat bergantung dengan hujan. (Surya Dharma/Balipost)

BAGIKAN