MANGUPURA, BALIPOST.com – Desa Adat Pererenan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung memiliki tradisi unik yang digelar setiap tahunnya pada Tilem Sasih Kapitu. Tradisi ini dikenal sebagai Ngaturang Banjotan, sebuah upacara yang ditujukan untuk memohon kerahayuan jagat dan mengusir segala penyakit atau gering.
Bendesa Desa Adat Pererenan, I Gusti Ngurah Rai Suara menjelaskan upacara Ngaturang Banjotan dilaksanakan setahun sekali, bertepatan dengan Tilem Sasih Kapitu. Upacara ini merupakan bagian dari rangkaian pemahayu jagat, yang berarti memohon keselamatan dunia.
Menurutnya, ketiga sasih tersebut sering dikaitkan dengan adanya gering atau wabah penyakit. Oleh karena itu, upacara ini diadakan di Pantai Pererenan bersamaan dengan upacara prani dan caru pakelem. Rai Suara menjelaskan pada Sasih Kalima, iring-iringan Ida Sesuhunan Ring Dalem Ped akan melakukan perjalanan masuk ke desa-desa dan kemudian kembali ke linggih-nya di Dalem Ped pada Sasih Kapitu.
Masyarakat Desa Adat Pererenan meyakini pentingnya menghaturkan banjotan dan prani pada saat ini.
Banjotan tersebut terdiri dari pejati sebagai upasaksi sembah bhakti umat, enam buah tipat atau disebut akelan, jaje bantal, dan jaje kukus berwarna putih dan merah. Ini sebagai bekal yang dihaturkan untuk rencangan Ida Bentara Ring Dalem Ped saat kembali ke Parahyangan Ida.
Setelah menghaturkan banjotan dan prani, di akhir upacara juga dilaksanakan caru dan dihaturkan pekelem ke laut. Pakelem ini berupa bebek dan ayam sebagai rasa syukur dan terima kasih kepada Sang Hyang Baruna yang telah memberikan keselamatan kepada masyarakat Desa Pererenan.
Banjotan dan pakelem ini ditujukan untuk memohon agar tidak ada lagi gering atau penyakit dan memohon kerahayuan Jagat. Itulah inti mengapa warga Desa Pererenan melaksanakan upacara Banjotan, Prani, dan Pakelem. (Parwata/balipost)