GIANYAR, BALIPOST.com – Desa Adat Bukian, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar menggelar tradisi unik disebut tradisi ngasa. Tradisi ngasa digelar setiap dua tahun sekali pada tahun genap bertepatan dengan Tilem, Sasih Kasa itu diwarisi secara turun temurun.

Sejak pagi warga setempat berduyun-duyun datang ke setra Pura Dalem Bukian, dengan membawa sesaji berupa banten gebogan lengkap dengan sarana berupa uang tunai, perhiasan, kain hingga sertifikat tanah ikut disertakan.

Baca juga:  Timnas U-23, Tradisi dan Tuhan

Bendesa Desa Adat Bukian, I Made Suartana menjelaskan dalam ritual ini setiap keluarga membawa sesajen ke setra atau kuburan Desa Adat Bukian.

Ini dilaksanakan secara turun temurun, dan bebas krama bawa apa sebagai hasil rezeki keluarga untuk disampaikan kepada leluhur dengan sembahyang khusus.

Dikatakan, pelaksanaannya bahkan lebih meriah dari hari Raya Galungan-Kuningan. Ditandai dengan umat menghaturkan sesaji Darpana dan Punjung di setra Desa Adat Bukian.

Baca juga:  Tradisi Sembahyang di Kuburan Semakin Lestari Saat Perayaan Pagerwesi

Bagi krama yang memiliki jenazah di setra yang belum diaben, maka upacaranya dilaksanakan di atas liang kubur.

Tradisi ini dilaksanakan oleh 136 krama ayah dengan total 740 krama mipil. Menurutnya jika ada krama yang tidak bisa laksanakan di pura, tradisi ini dilaksanakan di depan merajan masing-masing.

Dijelaskan untuk rangkaian tradisi Ngasa, krama Desa terlebih dahulu melaksanakan upacara mecaru di Pura Mrajapati.

Baca juga:  Bangkitkan Budaya Literasi, Siswa Harus Diwajibkan Membaca

Untuk di Pura Dalem dilaksanakan piodalan dengan sarana banten bebangkit dan sasaji lainnya. Dikatakan, tidak hanya upacara bahkan pembangunan juga wajib dilaksanakan dalam sehari wajib selesai. (Agung Yuliantara/denpost)

Tonton selengkapnya di video

BAGIKAN