erupsi
Visual Gunung Agung saat terjadi erupsi freatik, Kamis (11/1) sekitar pukul 17.54 wita. Visual diambil dari Kota Amlapura. (BP/gik)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Informasi tentang terjadinya longsor di puncak sisi barat Gunung Agung mendapat perhatian serius aparat berwenang. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama petugas pengamat dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (VPMBG) sudah melakukan pemantauan dari jarak terdekat yang memungkinkan.

Hasilnya, longsoran tersebut diduga adalah titik terjadinya tumpukan material abu vulkanik yang tergerus air hujan. “Material abu vulkanik di lereng puncak cukup tebal. Hujan mengakibatkan pada beberapa titik tergerus cukup dalam sehingga terlihat seperti longsoran,” jelas Izha Nurahmat, Ketua Tim Pemantauan Pos Pemantauan Rendang, Jumat (30/3).

Baca juga:  Meriahkan Imlek, Tarian Kolaborasi Tiongkok dan Bali Dipentaskan

Petugas Pemantau dari Bandung ini mengatakan Pos Pengamatan Rendang melakukan pemantauan terhadap kondisi Gunung Agung selama 24 jam penuh. Pemantauan menggunakan alat seismik super sensitif yang mampu menangkap data sekecil apapun baik longsor maupun pergerakan tanah dan yang lainnya. “Jangankan longsor, getaran akibat hujan saja terekam,” katanya.

Sampai saat ini, menurut dia, alat seismik tersebut berfungsi sangat baik. Haslnya, sejauh ini alat yang memang dipasang untuk memantau kondisi gunung belum merekam adanya sesuatu yang mengindikasikan pergerakan tanah.

Baca juga:  Warga Ngayah di Pura Penataran Besakih 

Meski demikian, pihaknya tidak memungkiri bahwa kemungkinan memang terjadi longsoran-longsoran kecil apabila terjadi hujan cukup lebat di areal lereng Gunung Agung. Longsoran kecil di bagian atas sangat mungkin menggerus yang ada dibawahnya.

Penjelasan serupa disampaikan Kabid Mitigasi PVMBG, I Gede Suantika. Menurut dia, hujan yang terus menerus berperan dalam kondisi tersebut. Hujan memicu terjadinya erosi dari puncak.

Pemanasan dinding puncak selama erupsi November-Januari turut memperlemah batuannya sehingga mudah erosi. Pengikisan oleh air hujan itu kemudian membetuk alur sungai yang dari jauh terlihat seperti rekahan.

Baca juga:  Peringatan HLUN di Badung, Usung Tema "Lanjut Usia Mandiri, Sejahtera, dan Bermanfaat"

Terkait kondisi tersebut, keduanya mengimbau masyarakat tidak panik. Mereka juga minta masyarakat tetap menjaga kewaspadaan terutama yang bermukim di bantaran sungai berhulu di Gunung Agung.

Sementara itu, informasi tentang adanya longsoran tersebut pertama kali disampaikan Relawan Pasebaya, I Komang Eka Semara Putra. Relawan asal Selat itu memantau dari radius 1.500 meter dari puncak Gunung Agung pada Rabu (28/3). (kmb/balippst)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *