Suasana sosialisasi stunting yang dilakukan Program Udayana Mengabdi (PUM) bersama dengan KKN-PPM Kelurahan Ubud Periode XXIX Universitas Udayana, Minggu (11/8). (BP/Istimewa)

GIANYAR, BALIPOST.com – Prevalensi stunting di Ubud ternyata cukup tinggi, mencapai 28,6 persen. Untuk itu, penanganan holistik lewat “PINTAR” penting dilakukan agar stunting bisa segera dientaskan. Demikian terungkap dalam sosialisasi stunting yang dilakukan Program Udayana Mengabdi (PUM) bersama dengan KKN-PPM Kelurahan Ubud Periode XXIX Universitas Udayana, Minggu (11/8).

Dalam kegiatan yang dilaksanakan selama 1,5 jam itu, hadir sekitar 300 anggota PKK dan pemudi se-Kecamatan Ubud. Kegiatan yang mengundang liku, Gek Kiki, sebagai pembaca acara.

Baca juga:  Suarno Sempat Lakukan Penyanderaan Sebelum Dihajar Tetangga Korban

Salah satu pembicara, Dr. Ns. Ika Widi Astuti, S.Kep.,M.Kep, Sp.Kep.Mat menjelaskan perbedaan stunting dan gizi buruk dapat dilihat dari gejala klinis seseorang. Ia pun menekankan pentingnya 1.000 hari pertama kehidupan, penyebab stunting yakni secara multisektor, multidimensional, faktor risiko stunting dan penanggulangannya.

Ika yang merupakan dosen dari Program Studi Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ini menyebutkan orangtua harus menerapkan “PINTAR.” Yang memiliki kepanjangan P artinya Penuhi Kebutuhan Gizi Saat Hamil; I yang berarti Inisiasi Pemberian MPASI pada umur 6 Bulan; N yang artinya Nilai status gizi ibu secara berkala; T yang artinya Tuntun anak untuk pola makan sehat, A yang artinya Asi eksklusif sampai umur 6 bulan; R yang artinya Rutin mengevaluasi tumbuh kembang anak.

Baca juga:  Ini Skemanya, Antisipasi Melonjaknya Kasus COVID-19 Pascapelaksanaan Pilkada Serentak dan Libur Akhir Tahun di Bali

“Semoga masyarakat dapat memahami dan mengetahui tentang apa itu stunting, penyebabnya, dan dampaknya bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Nantinya, mereka diharapkan mampu mengubah pola pikir dan kebiasaan masyarakat terkait dengan aspek-aspek seperti pola makan sehat, pemberian ASI eksklusif, pengenalan MPASI yang tepat waktu, serta perawatan kesehatan yang teratur. Serta orangtua dan juga anak-anak dapat mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna karena sangat penting untuk mencegah stunting dan mengontrol berat badan,” papar perempuan yang juga seorang perawat ini. (kmb/balipost)

Baca juga:  Lebih Rendah dari Prof. Antara, 3 Terdakwa Kasus Dana SPI Unud Dituntut Berbeda
BAGIKAN