Kelompok Tani Jempanang Lestari menerima bantuan pendampingan agroforestri dari swasta. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Perubahan iklim telah menurunkan hasil produksi kopi salah satunya petani di Banjar Jempanang, Badung. Namun, berkat agroforestri, para petani kopi ini bisa bertahan.

Menurut  I Wayan Timped, salah satu anggota Kelompok Tani Jempanang Lestari, para petani bisa bertahan karena pendampingan dari swasta yang merupakan bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan (TJSP). Jempanang berada di ketinggian 1507 mdpl memiliki luas lahan pertanian mencapai 132,168 hektar.

Ia mengungkapkan kopi menjadi sumber pendapatan untuk meningkatkan kesejahteraan kelompok tani dan masyarakat sekitar. Dengan agroforestri, budidaya tanaman kopi dilengkapi dengan pembuatan rorak, yang selain membantu mengoptimalkan peresapan air ke tanah juga terbukti dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman kopi.

Baca juga:  Garuda Rute Narita-Denpasar Tiba, Bali Akhirnya Kedatangan PPLN

Terkait pendampingan ini, Plant Director Aqua Mambal, Ketut Muwaranata, Selasa (3/9) menjelaskan, pada tahun 2017, produksi kopi menurun karena cuaca tidak menentu. Saat itu, tanaman kopi mudah terserang hama dan penyakit yang mengakibatkan penurunan produksi kopi baik secara kuantitas maupun kualitas.

Untuk mengatasi masalah ini, Aqua Mambal melakukan inisiatif mendampingi Kelompok Tani Jempanang Lestari di Jempanang, Desa Belok Sidan. Bantuan yang diberikan dengan pendampingan pengembangan budidaya kopi melalui pendekatan agroforestri terpadu.

Baca juga:  Kembali, Badung Wacanakan Bus Sekolah

“Pendekatan ini mengangkat nilai-nilai Tri Hita Karana yaitu keseimbangan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan lingkungan, dan manusia dengan manusia,” jelasnya.

Dengan mengimplementasikan sistem agroforestri yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, peran tanaman kopi dinilai sangat besar dalam mengkonservasi air. Air hujan akan jatuh di area hulu, meresap, dan turun mengikuti alur-alur lapisan batuan dalam bumi hingga tiba pada titik lokasi sumber air berada.

Sistem ini berkontribusi menuju keseimbangan air atau water balance dan menjadi cadangan air tanah untuk masa depan. Faktanya 1 hektar kebun kopi dengan 300 rorak dapat meresap 26.194.350 liter air per tahun.

Baca juga:  Penyakit JAP Kembali Merebak

“Inisiatif ini kami lakukan melalui program CSR melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat untuk keberlanjutan dan kemandirian,” ujarnya.

Ditambahkan Ketua Forum TJSP Badung I Gede Suarsa selain dampak lingkungan, pendampingan ini memberikan dampak ekonomi dan sosial kepada petani kopi secara berkelanjutan. Dengan adanya insentif jasa lingkungan yang diberikan, petani kopi Jempanang Lestari dapat meningkatkan motivasi membudidayakan kopi dengan baik. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN