Seorang petani membajak sawah di tengah makin meningkatnya alih fungsi lahan pertanian. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pemerintah pusat menyiapkan rapat terbatas pekan depan untuk membahas larangan alih fungsi lahan sawah menjadi lahan komersial khususnya di Bali bagian selatan. Dua menteri pun angkat bicara soal bahaya dampak pariwisata Bali.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Pandjaitan di Badung, Selasa (3/9) mengatakan, pemerintah daerah turut diajak dalam rapat terbatas guna menyingkirkan hal-hal yang merusak Bali.

“Jadi tidak ada lagi orang membuat vila di sawah, sawah biarlah sawah, supaya Bali jadi Bali yang unik, sekarang seperti di belakang rumah saya (daerah Cemagi) dulu sawah, sekarang mending kalau rumahnya baik, ini tidak bagus pula, jadi itu merusak,” kata dia.

Baca juga:  Perluasan Bandara Ngurah Rai, AP I Datangkan Kapal dari Batam

Di tengah rapat koordinasi jelang Bali International Airshow, Luhut menyampaikan rapat terbatas nanti selain menetapkan aturan terkait alih fungsi lahan, juga menyiapkan Bali yang bersih dari wisatawan berulah.

Beberapa yang ditandai adalah maraknya orang asing menggunakan dan mengedarkan narkotika di Bali, mengambil pekerjaan warga lokal, hingga maraknya kelab yang berisi orang berpakaian terbuka bahkan telanjang dada.

“Ini supaya betul-betul Bali dibersihkan dari obat narkotika, orang-orang asing mengambil pekerjaan anak lokal, saya minta Polda, Pangdam, dan Imigrasi betul-betul kompak, kalau kita kompak tidak ada yang bisa lawan,” ujarnya.

“Juga kelab nude topless kurangilah, kan bukan mau lihat orang telanjang, kalau mau pilih tempat lain, keunikan Bali harus kita pelihara jangan jadi seksualitas, turis seksual ke tempat lain saja. Bali itu biarlah karisma dan auranya kita pertahankan,” sambungnya menegaskan.

Baca juga:  Penularan COVID-19 Makin Landai, Mayoritas Kabupaten Laporkan Tambahan Kasus 1 Digit

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno turut menyinggung rencana pemerintah pusat untuk melihat kembali izin proyek yang melanggar aspek kelestarian lingkungan dan amdal. “Nanti akan ada rapat terbatas yang diharapkan bisa memberikan persetujuan untuk penghentian alih fungsi lahan dan moratorium pembangunan hotel di Bali Selatan,” ujarnya.

Ke depan, kata dia, izin pembangunan vila dan akomodasi pariwisata lainnya akan diambil alih pemerintah pusat. Sementara pemerintah daerah hanya diberikan kesempatan untuk konsultasi.

“Jadi akan ada proses konsultasi dengan para pimpinan di daerah dan juga melibatkan pemangku adat dan masyarakat, izinnya nanti sepenuhnya pusat karena untuk Bali Selatan ini keadaannya darurat,” kata Menparekraf.

Baca juga:  Ini, Jumlah Desa Adat Sudah Susun Perarem COVID-19

Masa kerja kabinet di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tersisa tiga bulan lagi. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno pun menyampaikan unek-uneknya terkait pariwisata Bali.

Menurut Sandiaga, Bali harus bisa mewujudkan pariwisata berkualitas. Ia menilai kualitas wisatawan yang berkunjung ke Pulau Dewata bisa menurun meskipun jumlah atau kuantitasnya meningkat.

“Ini selalu saya ingatkan ke Pak Kadis (Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali), jaga betul pariwisata di Bali untuk mengusung aspek kualitas berkelanjutan. Itu pesan saya,” ujar Sandiaga Uno. (kmb/balipost)

BAGIKAN