SINGARAJA, BALIPOST.com – Tarik ulur pembangunan Bandara Internasional di Bali Utara belakangan ini membuat pelaku pariwisata di Buleleng menagih kepastian. Mereka berharap segera ada keputusan final terkait proyek itu.
Menurut Ketua Persatuan Hotel Restoran Indoensia (PHRI) Buleleng Dewa Ketut Suardipa, Minggu (1/4), dalam pengembangan potensi pariwisata di daerahnya fasilitas seperti bandara memang sangat dibutuhkan. Pasalnya dengan fasilitas itu, dipastikan akan mendongkrak kunjungan wsiatawan mancanegara (wisman) maupun wisatawan domestik (wisdom) ke Buleleng.
Untuk itu, pihaknya meminta agar pemangku kepentingan dari pusat sampai di daerah untuk segera memberikan keputusan terkait rencana itu. Pihaknya sendiri tidak ingin wacana bandara itu menjadi tarik ulur tanpa ada kepastian final.
Apalagi, beberapa waktu lalu ada statement dari pejabat di pusat yang menyebut kalau bandara batal dibangun. Tidak berselang lama muncul lagi komentar yang menyebut bahwa bandara akan dibagun.
Bahkan, dikatakan target Agustus 2018 akan dilakukan ground breaking (peletakan batu pertama). “Kami ingin keputusan yang pasti dan bukan sekedar isu, apalagi menjadi tarik ulur tanpa kepastian. Jika memang mau dibangun ya berikan keputusan final, sehingga harapan kami dengan bandara itu bisa mendongkrak pengembangan sektor pariwisata di daerah kami,” katanya.
Di sisi lain mantan Ketua Badan Permusyawarahan Desa (BPD) Pemaron, Kecamatan Buleleng ini, pembangunan bandara sendiri memerlukan investasi yang tidak sedikit. Selain itu, proyek ini memerlukan studi atau kajian dari pakar dan ahli di bidanggnya.
Selain itu, ia juga meminta ada kepastian yang final terkait pembangunan shortcut jalan Singaraja-Bedugul, utamanya di titik lima dan enam (Wilayah Desa Wanagiri-Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada). Proyek ini pun diakuinya sangat penting untuk segara dibangun. (Mudiarta/balipost)