BANGLI, BALIPOST.com – Setelah puluhan tahun, krama Desa Adat Tingkadbatu di Kecamatan Tembuku, kembali menggelar Karya Mamungkah, Mupuk Pedagingan lan Ngenteg Linggih di Pura Puseh dan Pura Penataran, desa adat setempat.
Puncak karya dijadwalkan berlangsung pada 15 Oktober 2024 mendatang.
Bendesa Adat Tingkadbatu, I Wayan Budiarta mengatakan karya mamungkah, mupuk pedagingan lan ngenteg linggih di Pura Puseh dan Pura Penataran terakhir dilaksanakan pada 1959 lalu atau 65 tahun silam.
Baru pada tahun ini krama Desa Adat Tingkadbatu bisa kembali menggelar karya serupa.
Biasanya upacara ini dilaksanakan 35 tahun sekali. Namun karena terbentur biaya, upacara ini baru bisa dilaksanakan kembali tahun ini.
Secara umum tujuan dilaksanakannya Karya Mamungkah, Mupuk Pedagingan lan Ngenteg Linggih adalah sebagai wujud rasa bakti kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, seraya memohon agar selalu diberikan keselamatan dan kemakmuran.
Berbagai persiapan telah dilaksanakan krama untuk menyambut karya agung ini. Rangkaian karya sudah berlangsung sejak 14 Agustus lalu. Diawali dengan upacara ngaturang piuning karya, ngaturang pamiut, dan ngerihinin nancep sanggar Tawang.
Pada 5 Oktober mendatang, akan dilaksanakan upacara Tawur Labuh Gentuh, Melaspas Pedagingan, Mupuk Pedagingan dan Melaspas Palinggih.
Serangkaian karya tersebut, krama Desa Adat Tingkadbatu juga akan melaksanakan upacara Malasti di Segara Watu Klotok pada 11 Oktober.
Selanjutnya pada 14 Oktober akan digelar ritual Mapepada Agung.
Pada puncak karya 15 Oktober digelar sejumlah ritual upacara diantaranya Ngenteg Linggih, Ngebekin, Mangun Ayu, Makebat Daun, Ngingkup, dan Mapeselang. Puncak karya nantinya akan dipuput sejumlah sulinggih.
Budiarta berharap seluruh rangkaian karya bisa terlaksana dengan lancar. Melalui upacara ini ia juga berharap Krama Desa Adat Tingkadbatu dan masyarakat Bali pada umumnya bisa selalu mendapat kerahayuan. (Dayu Swasrina/balipost)