Lontar Rajapurana dikonservasi. Konservasi dan digitalisasi dilakukan Unit Lontar Universitas Udayana (ULU) bersama masyarakat Desa Adat Batur di Utama Mandala Pura Ulun Danu Batur, Desa Adat Batur, Kintamani. (BP/Istimewa)

BANGLI, BALIPOST.com – Lontar Rajapurana Pura Ulun Danu Batur dikonservasi. Konservasi dan digitalisasi dilakukan Unit Lontar Universitas Udayana (ULU) bersama masyarakat Desa Adat Batur di Utama Mandala Pura Ulun Danu Batur, Desa Adat Batur, Kintamani.

Lontar Rajapurana Batur sebelumnya pernah dikonservasi dan dibaca pada 1979 oleh Tim dari Museum Bali. “Setelah itu tidak pernah lagi dilakukan konservasi. Pembacaan terakhir dilakukan tahun 2016 untuk kepentingan ritual Munggah Makraman,” ungkap Jero Penyarikan Duuran Batur seizin Jero Gede Batur.

Dijelaskan bahwa Rajapurana Batur terdiri dari 13 cakep. Lontar tersebut memuat rekaman kebudayaan Batur baik berupa pengingat ketetapan adat (pangeling-eling), tatanan upacara, maupun kisah-kisah mitologis.

Baca juga:  Krama Mulai “Ngayah” Persiapan Karya Ngusaba Kedasa di Pura Ulun Danu Batur

Di dalam lontar-lontar tersebut terekam pengetahuan tentang etnohidrologi, etnoagrikultur (subak), filosofis, hingga teologi orang Batur.

Naskah Rajapurana Batur sangat disakralkan oleh masyarakat Batur. Pustaka tersebut selalu “tedun” menyertai upacara-upacara di Pura Ulun Danu.

“Namun, untuk pembacaan memang tidak boleh sembarangan. Oleh karena persoalan itu pula beberapa fisik naskah mengalami kondisi yang cukup mengkhawatirkan, sehingga kami putuskan untuk bersurat ke ULU guna memohon tindakan konservasi,” kata Jero Penyarikan Duuran Batur.

Menurutnya lontar tersebut sangat penting diselamatkan untuk generasi ke depan.

Baca juga:  TNI Bongkar Rumah Korban Bencana Longsor di Jehem

Sementara itu kegiatan konservasi dan digitalisasi dilakukan dengan tetap memperhatikan nilai sakral lontar-lontar tersebut. Sebelum dimulainya kegiatan konservasi dan digitalisasi, Pangemong Pura Ulun Danu Batur terlebih dahulu melakukan ritual menurunkan lontar dari tempat penyimpanannya dilanjutkan dengan upacara matur piuning dan mensetanakan sementara Ida Bhatara Rajapurana dalam tapakan.

Sehingga pralingganya dalam bentuk lontar bisa dikonservasi. Tak hanya itu, seluruh peserta konservasi dan digitalisasi terlebih dahulu menjalani upacara prayascita, demikian pula alat-alat yang digunakan terlebih dahulu disucikan melalui prayascita.

Sekretaris ULU, Putu Eka Guna Yasa mengatakan pada momentum tersebut pihaknya mengerahkan sekitar 30 orang, yang terdiri atas 4 dosen dari Prodi Sastra Bali dan Prodi Sastra Jawa Kuno Universitas Udayana, 3 staf ULU, dan belasan mahasiswa dan alumni Prodi Sastra Bali dan Prodi Sastra Jawa Kuno Universitas Udayana. “Tim ULU mendapatkan kesempatan yang luar biasa untuk berpartisipasi dalam usaha ngodak atau mengkonservasi dan mendigitalisasi Rajapurana Pura Ulun Danu Batur. Korpus naskah ini merupakan salah satu warisan berharga Bali tentang tatanan peradaban gunung, siklus hidrologi, teologi, dan kemasyarakatan hulu Bali, yaitu Batur,” kata Guna Yasa. (Dayu Swasrina/balipost)

Baca juga:  Lahan di Kubu Dimohon untuk Pengembangan Universitas, Ini Syarat Bupati Bangli
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *