Tanggul penahan air laut dibuat di Tukad Mati untuk mencegah terjadinya banjir di Legian dan Kuta. (BP/dok)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Kawasan Legian dan Kuta sering dilanda banjir saat musim hujan. Bahkan pada Februari lalu, kawasan tersebut sempat dilanda banjir yang cukup besar.

Kondisi yang terjadi di kawasan wisata itu disebabkan oleh meluapnya air pada aliran Tukad Mati karena volume air yang cukup tinggi. Untuk itu, aliran Tukad Mati tersebut akan dilakukan penataan untuk meminimalkan banjir.

Pelaksanaan Jaringan Sumber Air (PJSA) Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida akan membangun prasarana pengendali banjir di Tukad Mati Tengah. Saat dikonfirmasi, Rabu (4/4), Kasatker PJSA dari Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida, I Putu Eddy Purnawijaya mengatakan, penataan Tukad Mati itu pada prinsipnya bagian dari pengendalian banjir. “Selama ini kan memang sering terjadi banjir. Terutama pada Febuari kemarin banjirnya luar biasa besarnya. Tahun-tahun sebelumnya juga terjadi banjir,” katanya.

Baca juga:  Jelang Berakhirnya Izin Lokasi Reklamasi, Massa Kembali Turun ke Jalan

Untuk itu, kata Eddy, pengerjaan akan dilakukan dari bagian tengah hingga hilir sungai. Pengerjaannya nanti akan dibagi menjadi dua segmen. Untuk segmen I proyek ini dimulai dari daerah Gunung Soputan hingga Sunsetroad.

Kemudian segmen II dilanjutkan menuju areal muaranya di Kuta. “Pengerjaannya antara lain normalisasi sungai. Beberapa pompa juga akan dipasang di jalan sunsetroad dan di muara,” katanya.

Ditambahkannya, dikawasan muara, nantinya akan dibuatkan tanggul pembendung air laut atau air rob. Dengan tujuan, supaya saat volume air dari hulu sangat banyak, ketika terjadi air pasang, air laut tidak meluap.

Baca juga:  Tiga Artis Ibu Kota Goyang Puspem Badung

Sehingga tidak terulang lagi kejadian seperti sebelumnya, yakni air meluap ke permukiman warga. “Nanti bendungan itu akan dilengkapi dengan pompa. Bendung atau tanggul itu menghalangi air laut tidak bisa masuk ke darat,” tambahnya.

Dijelaskan Eddy, sungai yang akan ditata sepanjang delapan Km dengan dana bersumber dari APBN. Untuk segmen I, akan menggunakan anggaran sebesar 180 miliyar. Sedangkan pada segmen II akan menggunakan anggaran sebesar 246 miliar. “Prinsipnya kita kembalikan atau normalisasi sungai terlebih dahulu pada bagian yang kapasitasnya berkurang. Sementara pada bagian tanggul yang perlu ditambah, akan ditambahkan. Sehingga kalau terjadi banjir bandang airnya tidak meluap,” pungkasnya.

Baca juga:  Bantuan Permakanan Pengungsi di Buleleng Membludak

Proyek yang mengakomodasi usulan dari masyarakat setempat, saat ini sudah dalam persiapan dan pengukuran. Pihaknya menargetkan, proyek ini bisa rampung pada 2019. (Yudi Karnaedi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *