Seorang pengunjung sedang melakukan yoga di Pantai Sanur, Denpasar. Sanur merupakan salah satu obyek wisata yang banyak dikunjungi wisatawan saat berlibur di Bali. (BP/Melynia Ramadhani)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2024 mencapai 5,1-5,9 persen tahun ini. Persentase itu lebih tinggi dari proyeksi nasional yang sebesar 4,7-5,5 persen.

Menurut Deputi Kepala KPw BI Bali, GA. Diah Utari, pihaknya juga meyakini sumber pertumbuhan ekonomi Bali pada tumbuhnya sektor pariwisata yang masih kuat, perbaikan lapangan usaha pertanian, serta akselerasi digitalisasi. Sektor yang terkait dengan pariwisata diantaranya, akmamin, transportasi, dan perdagangan juga dinilai masih akan bertumbuh.

Ia mengungkapkan pangsa pariwisata terhadap perekonomian Bali cukup besar yaitu 41 persen. Persentase ini jauh lebih besar dibandingkan secara nasional yang pangsa pariwisata terhadap perekonomian mencapai  25,12 persen.

Baca juga:  Saluran Irigasi Kering, Sawah Mulai Gunakan Sumur Bor

Pertumbuhan pariwisata Bali juga cukup tinggi yaitu 13,8 persen sedangkan nasional 7,78 persen dan share pendapatan dari devisa Bali mencapai 65 persen dari devisa pariwisata nasional. Hal itu menunjukkan sektor pariwisata menjadi tulang punggung perekonomian Bali. “Namun apakah kue pariwisata ini dinikmati secara merata oleh seluruh wilayah di Bali, ternyata yang menikmati lebih banyak kue pariwisata ini adalah di wilayah Sarbagita,” ujarnya.

Sektor perekonomian kedua terbesar dan potensial, menurutnya, adalah sektor pertanian. Sektor ini yang memang terus ingin didorong, mengingat ada beberapa subsektor yang dapat dikembangkan.

Salah satunya yang potensial dimiliki Bali adalah subsektor perikanan. “Ini yang terus ingin kita explore terus bagaimana caranya sektor perikanan ini tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi tapi juga meningkatkan inklusivitas dari pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

Baca juga:  Banyak WNA Berulah di Bali, Visa on Arrival Agar Dievaluasi

Sumber pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran yang naik cukup tinggi pada periode sebelumnya adalah investasi yaitu 8,6 persen pada triwulan II 2024. Investasi di Bali memang mengalami peningkatan sejak 2000 sampai 2023 dan penanaman modal dalam negeri terbanyak dilakukan pada  sektor tersier.

“Penanaman modal sektor tersier yang paling besar dilakukan di Bali adalah hotel dan restoran, dan ini sekarang yang berusaha diperbaiki kembali pada pertemuan terakhir pada rakor Sekber Pariwisata, salah satu usulan kebijakannya akan menerbitkan instruksi presiden moratorium pembangunan akomodasi di wilayah Sarbagita dan juga salah satu meninjau kembali klasifikasi risiko usaha di dalam system OSS,” ungkapnya.

Baca juga:  Antisipasi Arus Balik Lebaran, Bali Lakukan Penjajakan dengan Banyuwangi

Diharapkan dengan adanya moratorium ini, Pemda dapat melakukan evaluasi sehingga investasi yang berkembang di Bali tidak hanya di sektor tersier tapi juga sektor lain seperti pertanian yang sebenarnya menjadi kekuatan ekonomi Bali.

Sementara tingkat inflasi pada Oktober akan ada sedikit penurunan namun akan kembali naik pada November dan Desember. “Oleh karena itu kita akan mewaspadai apa saja komoditas yang dapat meningkatkan inflasi,” ujarnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN