SEMARAPURA, BALIPOST.com – Pasemetonan Pratisentana Sira Arya Kubontubuh-Kuthawaringin (PPSAKK), Senin (7/10) menggelar upacara tawur balik sumpah, melaspas, mendem padagingan lan karya pangingkup di Pura Dalem Tugu, Gelgel, Klungkung. Menurut Ketua Umum, Prof. Dr. I Ketut Mertha, S.H., M.Hum., didampingi pengurus lain Dr. I Wayan Gede Rumega, S.H., M.H., upacara ini di-puput oleh tiga sulinggih yakni Ida Padanda Siwa, Ida Pedanda Buda dan Rsi Bujangga.
Dalam upacara tawur balik sumpah, melaspas lan mendem padagingan ini bersarana kerbau, kambing, anjing (asu), babi dan sarana lainnya. Selain itu, kata Prof. I Ketut Mertha, menjelaskan puncak acara akan berlangsung pada 15 Oktober 2024 mendatang dengan acara Karya Agung Mamungkah, Ngenteg Linggih, Mapeselang dan Padudusan Agung.
“Selanjutnya 16 Oktober dilakukan panganyar, dan 20 Oktober pajenuk dalem sidakarya, makebat daun aya, dan 23 Oktober Rsi Bojana dan 5 November dilakukan acara maajar-ajar,” ucap Prof. I Ketut Mertha.
Dijelaskan pula, dalam rangkaian acara ini sebelumnya pada 29 Juni 1999 sudah dilakukan Karya Agung Pamungkah, Pangenteg Linggih dan Mapeselang. Sedangkan Ritual acara semacam pernah dilaksanakan lebih dari 25 tahun yang lalu.
Menurut dresta bahwa karya sejenis ini mesti dilaksanakan lagi setelah 25-30 tahun berlalu. Setelah rampungnya pemugaran beberapa palinggih, perluasan areal pura menjadi tri mandala, dan dilengkapi dengan Kori Agung dan bangunan lainnya, telah diadakan upacara macaru amanca, melaspas lan ngingkup pertiwi, tanggal 1 Januari 2018.
Setelah perluasan area pura, nampak jajar palinggih dan beberapa bangunan di utamaning mandala kurang serasi dengan palemahan yang ada, maka diadakan restorasi yaitu menyesuaikan kedudukan palinggih dengan pelataran yang luas dengan mengangkat dan menggeser semua bangunan di utamaning mandala.
Upacara melaspas, macaru ngresigana dilaksanakan tanggal 22 Desember 2022. Dan sekarang kembali dilakukan upacara tawur balik sumpah, mlaspas, mendem padagingan lan karya pangingkup.
Persiapan karya agung ini sudah dimulai sejak tahun 2020. Empat tahun yang lalu melalui beberapa kali pesamuhan, sosialisasi ke masing-masing dadya di kabupaten seluruh Bali, Nusa Penida dan Nusantara.
Dana dihimpun dari urunan karya sebesar Rp200.000, dari anggota yang terdaftar sekitar 13.000 kepala keluarga. Juga banyak punia dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan swasta. Sarana dan prasarana upacara karya dihimpun dengan skema amongan (pembagian masing-masing kabupaten).
Upacara dan uperengga yakni disingkat wewantenan nunas sareng srati di Gerya Satra, wewalungan (kebo, kambing, babi, bebek, dan lainnya) aturan dari perseorangan atau kelompok dadya, wewangunan aturan berupa amongan dari masing-masing dadya dan Wewalian aturan dari sekaa dan sanggar yang ada di seluruh Bali. (Miasa/balipost)