SINGARAJA, BALIPOST.com – Senderan Daerah Aliran Sungai (DAS) Tukad Kerobokan, Kecamatan Sawan, longsor. Longsoran senderan ini karena tergerus banjir di awal Maret 2018 yang lalu. Akibatnya, tanah yang menjadi aset Desa Pakraman Kerobokan kini terancam tergerus. Bahkan, jalan melingkar untuk akses ke obyek wisata Pantai Kerobokan yang tengah dirintis oleh desa setempat terancam ikut tergerus, kalau terjadi banjir susulan.
Informasi di lapangan, DAS Kerobokan ini tahun 2017 lalu telah dinormalisasi oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida. Tahun itu, BWS melakukan penguatan tebing sungai di Dusun Bale Agung, Desa Kerobokan ini sepanjang 150 meter.
Meskipun sudah disender, namun aliran banjir pada awal Maret 2018, senderan itu kembali jebol. Diperkirakan senderan yang kembali jebol sekitar 20 meter. Meskipun volume kerusakan senderan kecil, jebolnya senderan DAS itu bisa saja memicu tergerusnya tanah milik desa pakraman setempat. Tidak saja itu, jalan ke Pantai Kerobokan yang sekarang sedang ditata menjadi tempat wisata, terancam akan ikut terdampak.
Kalau kembali banjir, jalan melingkar yang posisinya berada di bantaran sungai ini bisa saja ikut tergerus. Tidak ingin menimbulkan kerusakan lebih parah, aparat desa mengusulkan agar instanasi terkait segara menangani kerusakan senderan DAS Kerobokan tersebut.
Perbekel Desa Kerobokan, Kecamatan Sawan Putu Wisnu Wardana Jumat (6/4) mengatakan, kerusakan itu sudah dilaporkan ke Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (PUPR) Buleleng. Dinas PUPR bersama petugas BWS melakukan assessment terhadap kerusakan yang terjadi.
Pihaknya mengharapkan sungai itu kembali disender, sehingga mencegah kerusakan yang lebih parah dan terutama menghindari agar tanah milik desa pakraman tidak lagi tergerus seperti pada banjir beberapa tahun sebelunya. Dirinya mengaku, tanah desa pakraman sekitar delapan meter tergerus setelah senderan itu jebol.
Bahkan, kalau ditotal sebelum tebing sungai disender tanah adat yang tergerus sekitar dua are dari luas keseluruhan sekitar 50 are. “Waktu itu sudah dicek oleh Dinas PUPR dan beberapa harinya petugas BWS juga datang. Kami berharap ada penanganan karena kalau dibiarkan tanah desa adat itu terancam terus,” katanya.
Selain itu, Wisnu mengaku hawatir kalau sungai di desanya itu kembali mengalirkan banjir dari hulu, bisa saja memicu kerusakan senderan bertambah parah. Kalau ini terjadi, akses jalan melingkar yang baru dibangun untuk menunjang pengembangan wisata Pantai Kerobokan ikut terancam akan tergerus. Posisi jalan ini sendiri berbatasan dengan sungai, sehingga kalau hujan aliran air dari hulu bertambah besar tidak menutup kemungkinan tebing sungai akan tergerus hingga merusak jalan tersebut. “Jalan itu baru saja dibangun untuk wisata di pantai. Kalau bisa kerusakan senderan segara ditangani, sehingga tidak menganggu pengembangan wisata yang sedang kami rintis,” jelasnya. (mudiarta/balipost)