Ngurah Weda Sahadewa. (BP/Istimewa)

Oleh Sahadewa

Ke arah manakah sebenarnya teknologi tertuju? Sebuah pertanyaan yang terkesan aneh namun sebetulnya pertanyaan itu dapat di balik dengan sebuah pernyataan bahwa teknologi menuju kepada sebuah tempat ataupun ruang.

Di sinilah peran para teknolog dan scientist yang menjadi pengembang teknologi terus mengajukan pertanyaan-pertanyaan pentingnya dalam rangka memperjelas arah pengembangan teknologinya itu. Sebenarnya tidak ada jalan pintas dalam berteknologi kecuali memang ada sebuah kesadaran yang tinggi untuk mengenal sejatinya dari teknologi itu.

Disinilah peran pemimpin yang pro rakyat ataupun pro kemajuan yang sejati dapat menunjukkan kiprahnya sebagai seorang pemimpin untuk menjadikan rakyatnya melek teknologi sekaligus tidak tercerabut dari akar kehidupannya sendiri. Untuk itulah tulisan ini dibuat.

Jika memang kenyataan teknologi telah diketahui dengan benar maka yang terjadi adalah simbiosis mutualisme antara kenyataan teknologi dengan kenyataan budaya yang dianut oleh masyarakatnya itu. Inilah yang penulis sebut sebagai kenyataan sejati teknologi.

Baca juga:  Geng Motor, Itu Salah “ABG”

Bila tidak demikian, maka yang terjadi hanyalah sebagai jajahan baru dari teknologi tanpa lagi mampu mengenal jati dirinya sendiri. Bila dicermati lebih dalam maka dalam filsafat teknologi tidak dapat dikesampingkan adanya sebuah kenyataan baru yang sulit dikenali yaitu teknologi dalam budaya.

Budaya lebih dari sekedar keyakinan jika dihubungkan dengan faktor yang menuntun hidup dalam arti seluas-luasnya. Namun, kebudayaan menjadi sirna jika budaya belum mampu untuk memberikan sebuah kemajuan penting bagi ataupun untuk terjadinya perubahan.

Jadi bisa dibendakan antara kebudayaan dan budaya dalam konteks ini. Kebudayaan dan budaya menjadi satu kesatuan ketika orang ataupun sekelompok orang bahkan manusia secara umum mampu menunjukkan jati diri. Inilah yang dikenal dalam tulisan ini sebagai kenyataan berbudaya.

Kekuatan yang menampilkan perubahan itu tidak selalu berangkat dari adanya kenyataan teknologi melainkan menyadari secara lebih penuh bahwa pertama, berbu-
daya tidak terpisah dari kenyataan teknologi. Kedua, kenyataan teknologi tidak dibiarkan tanpa arah dan tujuan serta ketiga bahwa berbudaya berarti penting bagi kemajuan berteknologi tersebut adanya.

Baca juga:  Tantangan Guru Masa Kini

Untuk itu dalam tulisan ini dipertanyakan ke arah manakah sebenarnya teknologi tertuju? Tertujunya suatu teknologi berarti pertama, adanya kesadaran penting bagi masyarakat untuk tidak menggunakan teknologi secara praktis semata sekalipun inti dari teknologi adalah practical.

Kedua, itu berarti selalu ada penyempurnaan lebih dalam ataupun lebih lanjut jika merujuk kepada teknologi juga untuk penyempurnaan keberadaan diri manusia itu sendiri dan bagaimana sebenarnya cara kerja dari teknologi merujuk pula terhadap apa yang semestinya dikerjakan oleh manusia ketika hidup.

Ketiga, kemauan dalam berteknologi sudah pasti didukung oleh suatu sistem budaya.

Keempat, untuk itulah berbudaya dalam berteknologi inipun mesti dipelajari sehingga terjadi suatu bentuk dan pola yang tidak selalu fanatik atas bentuk dan pola itu.

Kelima, terjadi suatu bentuk dan pola yang tidak baku
lagi namun tidak berarti meninggalkan akar budaya.

Baca juga:  Memori Kolektif ‘’New 7 Wonders’’

Akar budaya berarti pertama, keadaan yang menentukan hidup dan perkembangan kehidupan suatu sistem kehidupan dalam bermasyarakat dan bahkan bernegara. Kedua, akar dimengerti dan disadari sebagai penentu kehidupan dengan dukungan berbagai cabang
dari kehidupan itu sendiri yang menyambut hidup dengan damai.

Ketiga, akan tetapi, damai yang tidak dipolisir untuk kepentingan politik. Keempat, politik dan ekonomi tidak
dijadikan sebagai penentu melainkan pendukung dalam memutuskan bentuk dan pola kedamaian yang diinginkan dalam berbudaya.

Kelima, bagaimana berbudaya dijadikan sebagai sistem budaya dalam menunjuk sistem yang lebih luas dan dalam pada kebudayaan tertentu dan tersendiri. Inilah yang menuntun ke arah manakah sebenarnya teknologi
tertuju.

Oleh karena itu, bila ingin maju dalam teknologi maka lepaskanlah keinginan itu dulu sembari mengerti makna teknologi. Seterusnya, dapat dijadikan sebagai tuntunan
agar berbudaya dan berteknologi tidak terhapus oleh kepentingan yang menyengsarakan rakyat.

Penulis, Dosen Fakultas Filsafat UGM

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *