AMLAPURA, BALIPOST.com – Ida Betara Turun Kabeh (IBTK) yang memasuki hari keenam masih dipadati umat Hindu yang melakukan persembahyangan. Sempat meningkatnya aktivitas Gunung Agung tidak membuat umat mengurungkan niatnya untuk menghaturkan bhakti di Pura Besakih.
Seperti yang terjadi pada Jumat (6/4). Gunung Agung sempat erupsi dengan semburan asap kelabu setinggi 500 meter. Erupsi juga disusul beberapa kali hembusan, namun demikian aktivitas vulkanik itu disikapi santai masyarakat.
“Informasi dari Magma VAR katanya terjadi letusan, tapi aktivitas di Pura Besakih berjalan seperti biasa,” ungkap I Made Widya, Kasubag Pemberitaan Bagian Humas dan Protokol Setda Karangasem yang ikut dalam rombongan bakti penganyar Pemkab Karangasem.
Erupsi Gunung Agung tak banyak diketahui masyarakat Karangasem karena terjadi dini hari. Dalam rilis Magma VAR disebutkan erupsi berlangsung selama 182 detik dengan amplitudo 10 mm.
Erupsi disusul dua kali gempa hembusan berdurasi 45-55 detik dengan amplitudo 3-7 mm. Juga terekam lima kali gempa vulkanik dalam dengan amplitudo 2-6 mm durasi 16-27 detik. Pada enam jam kedua mulai pukul 06.00 sampai 12.00 terjadi satu kali hembusan dengan amplitudo 11 mm durasi 65 detik.
Bukan hanya masyarakat di radius jauh yang terkesan santai menyikapi aktivitas vulkanik tersebut, para pemedek dan warga Besakih juga sama. Aktivitas warga Besakih di tengah suasana nyejer Ida Batara tidak terpengaruh. Terlebih Pura Besakih berada di radius 7 km atau berada di luar radius berbahaya yang direkomendasikan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). ‘’Pemedek lumayan padat tapi memang tidak sepadat hari libur,’’ ungkap Gede Raka (39), salah seorang pemedek dari Desa Sebudi, Kecamatan Selat. (kmb/balipost)