Ribuan warga menyaksikan ledakan kembang api di Lapangan Puputan Badung, Denpasar, Selasa (31/12) saat malam pergantian tahun 2019-2020. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Atraksi kembang api dan mercon di Pantai Berawa saat umat Hindu melakukan persembahyangan mengundang kontroversi. Atraksi yang dilakukan Finns Beach Club ini tak hanya dianggap melecehkan agama namun juga memiliki potensi bahaya, seperti diutarakan Ketua PHDI Bali, Nyoman Kenak belum lama ini.

Lalu apa sih bahayanya bahan peledak berkekuatan rendah yang digunakan untuk tujuan hiburan ini?

Dikutip dari berbagai sumber, yang namanya bahan peledak tentu mengandung zat kimia.

Baca juga:  Percikan Kembang Api Picu Kebakaran Pelinggih dan Bale Bengong

Bahan peledak kimia adalah kumpulan zat padat atau cair, atau campuran keduanya, yang bila terkena benturan (guncangan, panas, gesekan, dan lain-lain), akan menimbulkan reaksi yang cepat membentuk gas, sehingga menimbulkan panas yang sangat tinggi dan tekanan.

Jika tidak berhati-hati dalam penggunaanya akan membuat cedera. Selain itu, suaranya yang bising juga dapat mengganggu pendengaran dan aktivitas masyarakat.

Jika kembang api dan mercon tidak ditangani dengan benar dapat menyebabkan luka bakar, cedera mata, dan kerusakan pendengaran pada anak-anak dan orang dewasa. Kembang api dan mercon juga dapat membahayakan hewan peliharaan dan satwa liar, selain itu dapat menyebabkan kebakaran dan kerusakan properti.

Baca juga:  Kemenangan Prabowo-Gibran di Bali Diharapkan Berlanjut di Pilkada 2024

Belum lagi, bisa menyebabkan populasi udara. Banyak orang meninggal setiap tahun karena kecelakaan yang berhubungan dengan kembang api dan mercon. (Ni Wayan Linayani/balipost)

BAGIKAN