Seorang pedagang tengah memilah bawang merahnya di Pasar Badung. (BP/Dokumen)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Budidaya bawang merah di Kabupaten Badung semakin dirasakan berat oleh petani. Hal ini disebabkan mahalnya biaya produksi dan tantangan faktor cuaca yang tidak mendukung.

Tingginya harga pupuk, pestisida, hingga biaya tenaga kerja membuat para petani seringkali berpikir dua kali sebelum memutuskan untuk menanam bawang merah. Di sisi lain, bawang merah juga merupakan komoditas yang sangat rentan terhadap perubahan cuaca, terutama hujan yang dapat mempengaruhi hasil panen secara signifikan.

Sama halnya dengan tanaman cabai, bawang merah memiliki toleransi yang sangat rendah terhadap hujan. Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan pembusukan akar dan memicu berbagai penyakit tanaman yang menurunkan kualitas bawang merah.

Baca juga:  Terkait Dugaan Penyerobotan Lahan di Ungasan, Bendesa Kembali Dilaporkan

Hal ini menjadi salah satu alasan utama mengapa banyak petani merasa enggan untuk membudidayakan bawang merah.

Sebab, risiko gagal panen sangat besar, terlebih jika musim hujan tiba.

Guna mengatasi masalah tersebut, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung, I Wayan Wijana, mengungkapkan bahwa di 2023 pihaknya telah memulai langkah awal dengan membuat demplot percobaan budidaya bawang merah di daerah Badung. Dari hasil percobaan tersebut, produksi bawang merah mencapai 3 ton.

Melihat hasil yang cukup baik, pada tahun 2024, Dinas Pertanian berencana untuk mengembangkan areal budidaya bawang merah seluas 10 hektare bekerja sama dengan kelompok tani. “Kita mulai mencoba membuat demplot di tahun 2023, kemudian mengembangkan kegiatan budidaya bawang merah. Tahun 2024, kita coba kembangkan setelah petani yakin bahwa bawang itu cocok di Badung. Tahun ini, kita bekerja sama dengan kelompok petani, kita kembangkan 10 hektare lahan bawang merah. Sekarang sudah mulai panen, dan kondisi harga di pasar cukup bagus. Saat ini, harga di pasar sekitar Rp30.000 per kilogram, dan di tingkat petani sekitar Rp20.000 hingga Rp25.000 per kilogram,” jelas Wijana, Jumat (18/10).

Baca juga:  Petani Keluhkan Harga Bawang Merah Murah dan Tak Laku

Lebih lanjut, Wijana menjelaskan pada 2024, produksi bawang merah diharapkan dapat mencapai sekitar 145 ton dengan produktivitas rata-rata 14 ton per hektare. Dia juga menyebutkan bahwa infrastruktur irigasi sedang dalam perbaikan di Subang untuk mendukung keberlanjutan budidaya bawang merah.

Budidaya bawang merah memberikan banyak manfaat. Tidak hanya berkontribusi pada ketahanan pangan nasional, tetapi juga membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan keluarga petani. Selain itu, petani juga dapat belajar tentang teknik bertani modern dan terus berinovasi dalam metode pertanian yang lebih modern.(Parwata/balipost)

Baca juga:  Pj Gubernur Bali Usulkan Sindikat Pelaku TPPO Ditambah Jeratan Sanksi Pidana
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *