SEMARAPURA, BALIPPST.com – Pengusaha ikan pindang di sentra pemindangan Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung, belakangan ini kesulitan mendapatkan bahan baku ikan segar untuk diolah menjadi pindang. Mereka kini hanya bisa mengandalkan bahan baku ikan beku yang didatangkan dari luar daerah. Kondisi itu terjadi lantaran hasil tangkapan ikan dari nelayan local belakangan ini sangat minim.
Salah seorang pemindang saat ditemui di tempat pemindangan Kusamba Nyoman Sumerti Minggu (2/4) mengungkapkan, sejak beberapa minggu terakhir hasil tangkapan ikan yang didapat nelayan lokal di Kusamba sangat minim. Bahkan sejak seminggu terakhir stok ikan lokal sudah habis. Hal ini memaksa pengusaha ikan pindang harus mendatangkan pasokan bahan baku ikan beku dari daerah luar daerah seperti pulau Jawa. “Sudah tidak ada stok ikan dari habis upacara Mekiis,” ujarnya.
Lantaran harga ikan beku yang dipasok lebih mahal dibanding ikan segar, harga jual pindang di pasaran pun kini mengalami kenaikan. Sumerti mengatakan jika sebelumnya satu ekor pindang bisa dijual Rp 3,500.000 per ekor, kini harganya bisa mencapai Rp 5 -7 ribu per ekor. Dia mengatakan dalam sehari dirinya bisa memindang ikan hingga 500 keranjang atau sekitar 4000 ekor.
Sementara itu, Petugas Bangsal Sentra Pemindangan Kusamba A.A. Ngurah Brata mengungkapkan selain didatangkan dari pulau Jawa, ikan beku yang diolah menjadi pindang juga ada yang didatangkan dari Benoa. Didatangkannya pasokan bahan baku ikan beku dari luar dikarenakan hasil tangkapan yang didapat nelayan local sangat terbatas. Tak jarang nelayan melaut, dengan hasil nihil.
Dia mengatakan selain karena minimnya hasil tangkapan nelayan local, banyaknya rainan belakangan ini menyebabkan produksi ikan pindang di Kusamba menurun. Jika hari biasanya produksi pindang mencapai 8 ton per hari. Namun belakangan ini produksi pindang hanya 2 ton per hari. “Karena rainan, sekarang pindang hasil produksi di sini kebanyakan hanya dikirim ke pasar-pasar di sekitar Denpasar,” katanya. (dayu rina/balipost)