Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka bersama Wapres Ke-13 Ma'ruf Amin tiba di Istana Wapres, Jakarta, Minggu (20/10/2024). (BP/Dokumen Antara)

DENPASAR, BALIPOST.com – Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dan Joko Widodo-Ma’ruf Amin memilih mengenakan busana adat Ujung Serong, Betawi saat pelantikan presiden dan wakil presiden masa bakti 2024-2029 di Gedung Parlemen, Jakarta, Minggu (20/10).

Pakaian yang dikenakan itu merupakan baju adat tempo dulu yang dikenakan para bangsawan atau pejabat daerah laki-laki Betawi.

Dikutip dari antaranews, pemilihan baju adat tersebut dinilai sejalan dengan pesan mengenai Pemerintahan 2024-2029 yang melanjutkan program dari pemerintahan periode sebelumnya.

Penggunaan pakaian yang menunjukkan pesan berkelanjutan juga menguatkan beragam pesan-pesan yang telah disampaikan Prabowo-Gibran melalui busana dalam rangkaian perjalanannya sejak momen kampanye Pemilu 2024 hingga ke momen pembekalan menteri-menteri terpilih beberapa waktu lalu.

Baca juga:  Genta Nayaka Praja Maskot Pilgub Bali 2024 Diluncurkan, Simak Maknanya

Warna itu sendiri menunjukkan makna kesetiaan, kebebasan, dan keterbukaan menjadi simbol bahwa di kepemimpinan Prabowo, program dari pemerintah selanjutnya akan dilanjutkan.

Dilihat dari sejarahnya, asal usul Ujung Serong tidak lepas dari pengaruh budaya asing yang pernah singgah di tanah Betawi. Baju yang mirip jas, peci sebagai pengganti topi, dan celana panjang merupakan adopsi dari gaya berpakaian Bangsa Eropa.

Namun, sentuhan khas Betawi tetap terlihat pada pemilihan warna dan motif kain.

Dilansir laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pakaian ini terdiri atas jas tutup berwarna gelap, termasuk hitam dengan pada area dalam ditambahkan kemeja berwarna putih. Bagian bawahan biasanya mengenakan celana pantalon berwarna senada.

Baca juga:  Ribuan Mitra Gojek Gunakan Masker dan Bawa Hand Sanitizer

Pakaian adat Betawi ini juga menggunakan kain batik yang dililitkan di bagian pinggang hingga bagian paha. Hal ini sekaligus menjadi alasan kenapa pakaian ini disebut sebagai ujung serong. Pasalnya, kain batik yang dililitkan sengaja berbentuk serong dengan panjang sekitar 8 cm.

Ujung Serong bukan hanya sekadar pakaian, tetapi juga mengandung makna dan filosofi yang mendalam. Beberapa makna yang terkandung dalam pakaian adat ini antara lain kedudukan dan kewibawaan, melambangkan kedudukan sosial yang tinggi dan kewibawaan pemimpin.

Ada dua jenis busana adat Ujung Serong Betawi ini berdasarkan penggunaannya, yaitu:

1. Busana Ujung Serong untuk sehari-hari

Jenis ini lebih sederhana dan biasanya digunakan oleh masyarakat Betawi dalam kehidupan sehari-hari.

Baca juga:  Ini, Hasil Pemeriksaan Labfor Kebakaran Pasar Lelateng

Busana ini terdiri dari baju koko atau baju sadariah, dipadukan dengan sarung yang dililitkan di pinggang dan ujungnya menjuntai di salah satu sisi, dikenal sebagai “ujung serong.” Pelengkapnya adalah peci hitam dan sandal.

2. Busana Ujung Serong untuk acara resmi atau adat

Pada acara-acara resmi, seperti pernikahan, pelantikan, atau upacara adat, busana ujung serong yang dikenakan lebih lengkap dan mewah. Selain sarung dengan ujung serong, busana ini dilengkapi dengan baju sadariah yang lebih halus, biasanya terbuat dari bahan berkualitas tinggi. Peci dan aksesoris seperti ikat pinggang atau kain selempang turut melengkapi busana ini. (Beatrix Irenia/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *