SINGARAJA, BALIPOST.com – Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) tingkat SMA dan MA di Buleleng Senin (9/4) berjalan lancar dan tertib. Hari pertama ujian ada sembilan siswa absen dari jumlah peserta ujian sebanyak 5.022 orang.
Data dikumpulkan di lapangan menyebutkan, siswa yang absen ujian itu diantaranya empat orang masing-masing siswa SMA Dwijendra, SMA Ayodhya Pura Selat, SMAN 1 Sawan, dan Madrasah Aliyah Miftahulum. Selain itu, tiga siswa SMAN 1 Seririt juga absen, dan dua siswa SMA Karya Wisata juga absen dihari pertama ujian.
Kesembilan siswa tersebut satu orang dalam keadaan sakit. Sedangkan, delapan siswa lagi berhenti sekolah dengan alasan bekerja membentu ekonomi keluarga sampai putus sekolah karena harus menjalani pernikahan.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) SMA/SMK Dinas Pendidikan Pemuda Olahraga (Disdikpora) Bali di Kabupaten Buleleng Made Suwarja mengatakan, siswa yang berhenti itu sebelumnya sudah tercatat dalam daftar nominative tetap (DNT) UNBK SMA Tahun Ajaran 2018/2019. Hanya saja, sebelum mengikuti ujian, siswa itu menyampaikan untuk berhenti sekolah.
Karena sudah terdaftar dalam DNT, data tersebut tidak bisa dihapuskan begitu saja, sehingga identitas siswa tersebut tetap tercantum dalam DNT. Namun demikian, dari absensi ujian, panitia di masing-masing sekolah sudah mencatat siswa yang absen baik karena sakit dan berhenti.
Sementara untuk siswa yang sakit saat ujian utama, siswa bersangkutan diberikan kesempatan mengikuti ujian susulan sesuai jadwal yang sudah ditetapkan. “Setelah datanya ditetapkan dalam DNT masing-masing sekolah itu menerima laporan dari siswa bersangkutan yang menyatakan berhenti. Sekolah juga sudah mencatat dan alasannnya pun sudah dicatat mulai dari diterima bekerja dan tidak menamatkan pendidikan karena menikah,” katanya.
Terkait pelaksanaan ujian, Suwarja mengaku secara umum di hari pertama ujian berjalan lancar dan tertib. Ujian di 39 SMA dan MA tersebut berjalan tanpa hambatan baik internet hingga gangguan teknis lain tidak ditemukan di semua sekolah tersebut.
Hanya saja, pihaknya mengakui kalau dari seluruh SMA dan MA di Bali utara baru 21 sekolah yang bisa melaksanakan ujian mandiri. Ini karena antara jumlah siswa dengan perangkat komputer di sekolah ini sudah mencukupi dan bahkan ada yang melebihi.
Namun sebaliknya, ada 18 sekolah lagi terpaksa menggelar ujian bergabung dengan sekolah lain. Belasan sekolah di perkotaan dan desa ini ujiannya digabung karena kekurangan perangkat komputer.
Atas kondisi ini, untuk sementara sekolah tersebut diizinkan melaksanakan ujian dengan bergabung ke sekolah lain atau meminjam perangkat komputer dari sekolah lain. Untuk mengatasi permasalahan ini tidak terulang di ujian tahun ajaran berikutnya, sekolah diharapkan proaktif mengusulkan kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali agar diberikan anggaran untuk pengadaan perangkat computer sesuai dengan kebutuhan masing-masing sekolah. (Mudiarta/balipost)