DENPASAR, BALIPOST.com – Kedua pasangan calon (paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur Bali, Made Muliawan Arya – Putu Agus Suradnyana (Mulia-PAS) dan Wayan Koster – I Nyoman Giri Prasta (Koster-Giri) telah mengikuti debat terbuka perdana, di Sanur, Rabu (30/10) malam. Dalam debat perdana ini, calon Wakil Gubernur Bali baik PAS maupun Giri Prasta dapat ruang lebih banyak dalam menyampaikan permasalahan, gagasan dan sanggahan.
Terkait menghindari Bali mengalami overtourism, PAS menekankan pentingnya Bali harus fokus pada kemampuan daya tampung pariwisata agar kualitas pariwisata tetap terjaga. Hal yang harus dilakukan bersama adalah menangani persoalan sampah dan kemacetan yang kerap muncul di kawasan wisata.
Selain itu, pembangunan di Bali Utara seperti Pelabuhan Celukan Bawang akan berperan dalam memeratakan pariwisata secara menyeluruh dan mengurangi ketimpangan antara Bali Utara dan Selatan.
Selain pariwisata, Agus juga menyoroti sektor lain untuk mendukung keberlanjutan ekonomi Bali, seperti subsidi pupuk dan pemberian pupuk gratis untuk petani. Ia mengusulkan pembangunan Bali Training Center. Tempat ini akan menjadi lokasi UMKM belajar dan memperluas pemasaran produk mereka, termasuk edukasi digital dengan memanfaatkan media sosial dan teknologi AI (Artificial Intelligence) alias kecerdasan buatan.
“Kami berencana membangun 1.000 startup baru, memberikan edukasi untuk sektor informal agar mereka lebih berdaya, terutama dalam penggunaan media sosial dan teknologi digital,”ujar PAS.
Sementara itu, I Nyoman Giri Prasta menegaskan masyarakat Bali harus menjadi tuan di rumahnya sendiri. Ia menyebut, meskipun investasi dari luar negeri diperbolehkan, namun jangan sampai memarjinalkan masyarakat lokal.
Koster-Giri ingin menciptakan pariwisata Bali yang tidak hanya fokus pada sektor pariwisata saja, namun juga clean, safety, healty, dan improvement diperkuat dengan pariwisata sebagai hulunya. Selain itu, pariwisata harus bisa mendukung sektor lain seperti budaya, pertanian organik, perikanan, dan kelautan. Sehingga, bukan budaya lagi yang menghidupkan pariwisata tetapi pariwisata yang akan menghidupkan budaya.
Giri juga menekankan pentingnya transformasi ekonomi pariwisata dengan menambahkan sektor pertanian, perikanan, UMKM, dan industri manufaktur untuk mengolah bahan mentah atau setengah jadi menjadi produk jadi. Dengan begitu, pariwisata di Bali dapat hidup berdampingan dengan sektor lain, sehingga ekonomi Bali tidak hanya bergantung pada pariwisata semata.
“Bali perlu memiliki industri manufaktur yang mengolah bahan mentah dan bahan setengah jadi menjadi produk berkualitas dengan bantuan teknologi, baik secara manual maupun menggunakan mesin,” ujar Giri Prasta. (Ketut Winata/balipost)