Oleh Ida Ayu Ratih Manuari
Literasi keuangan pada dasarnya adalah kemampuan kita untuk memahami dan mengelola uang dengan bijak. Ini bukan hanya soal mengetahui cara menghitung uang, berhemat dan lalu menabung, tetapi juga tentang bagaimana kita bisa membuat keputusan finansial yang cerdas, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan literasi keuangan yang baik, seseorang bisa lebih siap menghadapi berbagai situasi yang memerlukan pengeluaran besar, tanpa harus bergantung pada utang atau pinjaman.
Setiap kali hari raya di Bali seperti Galungan dan Kuningan tiba, masyarakat Hindu di Bali disibukkan dengan persiapan ritual keagamaan. Ritual ini melibatkan berbagai macam kegiatan, terutama pembuatan banten yang merupakan elemen sentral dalam perayaan. Banten memiliki makna yang sangat penting, baik secara religius maupun sosial, sehingga setiap keluarga merasa perlu untuk menyiapkan yang terbaik. Namun, persiapan ini sering kali memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Bahan-bahan pokok untuk banten, seperti bunga, buah, dan perlengkapan lainnya, biasanya mengalami kenaikan harga drastis menjelang hari raya, seiring dengan meningkatnya permintaan. Kenaikan harga ini menjadi beban yang cukup berat bagi sebagian masyarakat, terutama mereka yang penghasilannya berada di bawah Upah Minimum Regional (UMR). Sering kali, untuk menutupi kebutuhan tersebut, masyarakat terpaksa meminjam uang dari berbagai sumber, baik melalui lembaga keuangan formal maupun nonformal. Fenomena ini tidak hanya membebani ekonomi rumah tangga, tetapi juga menciptakan ketergantungan pada utang yang dapat berdampak pada kesejahteraan finansial dalam jangka panjang.
Bagi masyarakat Hindu di Bali, tekanan sosial dan budaya turut memperparah situasi ini. Partisipasi dalam ritual keagamaan dan adat dianggap sebagai bagian integral dari identitas sosial dan spiritual. Hal ini membuat banyak orang merasa terpaksa harus berutang untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Di sisi lain, rendahnya literasi keuangan di kalangan masyarakat menyebabkan kurangnya kesadaran akan pentingnya perencanaan keuangan yang matang. Kebiasaan menabung, yang seharusnya menjadi solusi, seringkali tidak dilakukan secara disiplin, sehingga ketika hari raya tiba, banyak yang tidak siap secara finansial.
Namun, masalah ini sebenarnya bisa diatasi dengan pendekatan yang lebih bijak dan terencana. Salah satu solusi yang dapat diambil adalah melalui optimalisasi peran Lembaga Perkreditan Desa (LPD), sebuah lembaga keuangan lokal yang berperan penting dalam mendukung ekonomi masyarakat desa di Bali. LPD bisa menjadi mitra strategis dalam meningkatkan kesejahteraan finansial masyarakat melalui program-program yang terarah dan inovatif.
Pertama, LPD dapat menawarkan produk tabungan khusus untuk persiapan hari raya. Program tabungan ini bisa berbentuk tabungan harian dengan nominal kecil, yang disesuaikan dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Meskipun nilainya relatif kecil, jika dilakukan secara konsisten, tabungan ini dapat mengurangi ketergantungan masyarakat pada pinjaman.
Selain itu, keberadaan program tabungan ini juga dapat mendorong kebiasaan menabung secara disiplin, sehingga pada saat hari raya tiba, masyarakat sudah memiliki dana yang cukup tanpa harus berutang. Kedua, LPD dapat berperan aktif dalam meningkatkan literasi keuangan masyarakat dengan mengadakan pelatihan keuangan.
Pelatihan ini bisa mencakup topik-topik penting seperti cara menyusun anggaran, memprioritaskan pengeluaran, serta mengelola uang secara bijak. Dengan pengetahuan yang lebih baik mengenai perencanaan keuangan, masyarakat dapat merencanakan pengeluaran hari raya dengan lebih matang dan efisien, sehingga tidak perlu lagi meminjam uang untuk keperluan tersebut.
Selain itu, LPD juga bisa memfasilitasi pengadaan kolektif untuk bahan-bahan banten, yang memungkinkan masyarakat membeli perlengkapan upacara secara massal dengan harga yang lebih murah. Dengan pembelian bersama ini, masyarakat bisa menghemat pengeluaran tanpa mengurangi kualitas dan makna dari upacara keagamaan. Langkah ini dapat dilakukan dengan mengorganisir kelompok masyarakat atau banjar, sehingga setiap anggota dapat menikmati manfaat dari pembelian dalam jumlah besar.
Optimalisasi peran LPD dalam meningkatkan literasi keuangan dan menyediakan produk tabungan khusus hari raya bisa menjadi solusi yang efektif bagi masyarakat Hindu di Bali. Dengan cara ini, masyarakat dapat lebih siap menghadapi pengeluaran besar pada hari raya tanpa harus terjebak dalam utang. Selain itu, kesejahteraan finansial jangka panjang pun dapat lebih mudah tercapai. Tanpa harus mengorbankan tradisi dan nilai-nilai budaya, masyarakat dapat menjalani hari raya dengan lebih tenang dan aman secara finansial.
Penulis, mahasiswa Program Studi Doktor Ilmu Akuntansi Universitas Udayana Angkatan-4