Ilustrasi. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST. com – Banyak orang meletakkan telepon seluler (ponsel) di dekat tempatnya tidur. Alasannya terkadang sepele, supaya mendengar bunyinya jika ada yang menelepon atau alarm berbunyi.

Padahal, dilansir dari laman Kementerian Kesehatan, tidur didekat ponsel akan berbahaya bagi kesehatan karena radiasi yang dipancarkan layar ponsel. Berikut 7 bahaya kesehatan yang bisa diderita jika kalian kebiasaan tidur dekat dengan ponsel:

1. Gangguan Insomnia (Susah Tidur)

Baca juga:  Ini, Alasan Harus Puasa Sebelum Operasi

Cahaya biru yang ditimbulkan dari ponsel dapat menghambat produksi hormon melatonin, hormon ini berfungsi mengatur tidur dan mengganggu ritme sirkadian (jam biologis tubuh).

2. Merusak Konsentrasi

Radiasi elektromagnetik yang dikeluarkan oleh ponsel yang bikin aliran darah tidak maksimal, akibatnya menjadi gagal fokus dan kurang konsentrasi.

3. Menurunkan Kualitas Tidur

Menggunakan ponsel sebelum tidur dapat merangsang fisiologi dan psikologi yang dapat mempengaruhi tidur.

Baca juga:  Miliaran Rupiah Narkoba dan Ratusan Ponsel Dimusnahkan

4. Meningkatkan Risiko Kanker

Pancaran radiasi tinggi yang tak kasat mata, bersifat karsinogenik yang dapat mempengaruhi susunan saraf manusia yang akhirnya dapat menyebabkan kanker atau tumor.

5. Menyebabkan Sakit Kepala

Radiasi ponsel bagi beberapa orang yang sensitif terhadap gelombang RF yang dipancarkan dapat menyebabkan sakit kepala, pusing, mual-mual, bahkan hingga muntah.

6. Terbakar dan Meledak

Meletakan ponsel di dekat bantal terlebih sambil mengisi baterai sangat tidak disarankan, karena akan cepat panas dan bila sampai terjadi korsleting dapat membuatnya meledak hingga terbakar.

Baca juga:  Selamatkan Krama Bali dari Makin Tingginya Tekanan Hidup

7. Merusak Sel-sel Otak

Paparan radiasi dari ponsel dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel otak karena gelombang elektromagnetik mudah menembus ke otak, dengan rusaknya sel-sel otak akan dapat meningkatkan risiko terjangkitnya berbagai jenis penyakit seperti tumor otak, Alzheimer, autism, masalah pada perilaku. (Beatrix Irenia/balipost)

BAGIKAN