John de Santo. (BP/Istimewa)

Oleh John de Santo

Cognitive Science atau Ilmu Kognitif barangkali istilah yang terdengar asing namun menarik perhatian banyak orang belakangan ini. Istilah itu, pertama kali dikenalkan oleh Prof. Stella Chriestie, guru besar Tsinghua University di depan para wartawan setelah ia dipanggil oleh Presiden Prabowo dan kini menjabat sebagai Wakil Menteri Pendidikan Sains dan Teknologi (Wamendiktisaintek) dalam Kabinet Merah Putih.

Dengan latar belakang yang kuat di bidang ilmu kognitif, Stella dianggap berpotensi mendukung kemajuan pendidikan di negeri ini. Tetapi, apa sih bidang keahlian ilmu kognitif yang membuat pemerintah menaruh harapan besar terhadap perempuan dengan pengalaman internasional itu bagi pendidikan di Indonesia?

Sepintas kita mendapatkan sedikit penjelasan dari Prof. Stella ketika pertama kali ia tampil di depan wartawan setelah dipanggil Presiden Prabowo. Menurutnya, ilmu kognitif adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia belajar dan berpikir, dengan menggunakan pendekatan multidisipliner yang menggabungkan studi manusia, hewan, dan kecerdasan buatan, termasuk filsafat, linguistik, antropologi, dan pendidikan itu sendiri, untuk memahami sifat dasar kognisi manusia. Menurut pakemnya, terdapat tujuh komponen kunci dari ilmu kognitif.

Baca juga:  Transformasi Nilai Baru

Pertama, psikologi. Disiplin ini fokus terhadap pemahaman proses dan perilaku mental. Psikologi kognitif secara khusus menguji bagaimana manusia memperoleh, memproses, dan menyimpan informasi. Kedua, neurosains. Bidang ini menginvestigasi dasar-dasar biologis dari kognisi dengan mengeksplorasi bagaimana struktur dan fungsi otak berhubungan dengan proses kognitif.

Ketiga, Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan berkontribusi terhadap ilmu kognitif dengan menyediakan model-model Proses berpikir manusia melalui berbagai simulasi komputasi. Para peneliti mengembangkan algoritma yang meniru penalaran dan kemampuan belajar manusia dalam rangka pemahaman yang lebih baik terhadap fungsi-fungsi kognitif.

Keempat, Filsafaat. Penyelidikan filsafat terhadap sifat dasar pikiran dan kesadaran manusia menginformasikan kepada ilmu kognitif tentang   persoalan-persolan fundamental yang berkaitan dengan hakikat pengetahuan, persepsi, dan hubungan antara pikiran dan badan.

Kelima, Lingustik. Ia menguji bagaimana bahasa memengaruhi proses berpikir. Studi mengenai penguasaan dan pemahaman bahasa menjelaskan perkembangan kognitif dan relasi antara bahasa dan kognisi.

Keenam, Antroplogi. Bidang ini memberikan wawasan tentang bagaimana kebudayaan memengaruhi kognisi dengan mempelajari keyakinan, praktik, dan bahasa yang berbeda-beda. Ketujuh, Pendidikan. Riset di bidang pendidikan menerapkan temuan-temuan dari ilmu kognitif untuk memperbaiki metode pengajaran dan hasil pembelajaran.

Baca juga:  Gerakan Perubahan Berbasis Sekolah

Pendidikan Indonesia

Dari paparan di atas kita dapat melihat bahwa ilmu kognitif  dapat berperan penting dalam berbagai praktik dan kebijakan pendidikan di Indonesia. Berikut ini beberapa aspek kunci tentang bagaimana kognitif sains mempengaruhi pendidikan di Indonesia.

Pertama, meningkatkan metode pengajaran. Ilmu kognitif memberi wawasan terhadap strategi mengajar yang mendukung gaya belajar dan kemampuan kognitif yang berbeda-beda dari siswa. Kedua, Pengembangan kurikulum. Integrasi prinsip-prinsisp ilmu kognitif ke dalam pengembangan kurikulum dapat menjamin bahwa konten pendidikan dibangun menurut suatu cara yang berkaitan dengan bagaimana otak memproses informasi.

Hal ini mencakup pengaturan bahan ajar secara logis, misalnya dengan menggunakan teknik pendukung (scaffolding techniques) untuk membangun pengetahuan sebelumnya dan menekankan kemampuan berpikir kritis.

Ketiga, mendukung pembelajar yang beragam. Ilmu kognitif menekankan pentingnya mengenal perbedaan individual dalam hal kemampuan belajar. Di negara yang beragam seperti Indonesia, di mana para siswa berasal dari lantar belakang budaya dan bahasa yang majemuk, pemahaman proses kognitif dapat membantu pendidikan untuk menyesuaikan pendekatannya dengan kebutuhan pembelajar. Ini mencakup upaya membedakan pengajaran berdasarkan tingkat kognitif siswa.

Baca juga:  Menyoal Bebas Sampah Plastik

Keempat, pelatihan dan pengembangan profesional guru. Program-program pengembangan profesional bagi para guru terus mengenalkan berbagai temuan dari ilmu kognitif untuk meningkatkan praktik-praktik pengajaran. Kelima, praktik penilaian. Ilmu kognitif  memberikan praktik penilaian dengan menyoroti pentingnya penilaian formatif yang memberi umpan balik terhadap pemahaman siswa melalui proses belajar, alih-alih hanya mengandalkan penilaian sumatif pada akhir sebuah unit pembelajaran.

Jadi, ilmu kognitif berfungsi sebagai unsur dasar dalam upaya meningkatkan berbagai metodologi pengajaran, mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan proses koqnitif, mendukung pembelajar yang berkemampuan beragam, melalui pengajaran yang sesuai, memperbaiki program-program pelatihan guru, dan memperbaiki praktik-praktik penilaian di dalam pendidikan Indonesia secara keseluruhan.

Penulis, pendidik dan pengasuh Rumah Belajar Bhinneka

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *