DENPASAR, BALIPOST.com – Pemerintah menargetkan swasembada pangan. Upaya yang dilakukan pemerintah dengan mencetak sawah baru (food estate) dan terbaru adalah program petani milenial dengan gaji Rp10 juta. Sementara pertanian di Bali sulit berkembang. Tentu mendukung target pemerintah tersebut akan sulit.
Ketua Komunitas Petani Muda Keren (PMK) AA. Gede Agung Wedhatama, Selasa (19/11) mengatakan, tantangan terbesar pertanian di Indonesia memang regenerasi petani, semakin berkurangnya minat anak muda untuk bertani.
Berkurangnya minat tersebut karena memang hasil dari pertanian tidak menjanjikan dan tidak pasti. Dengan adanya program pemerintah menggaet petani milenial dengan skema digaji Rp10 juta tiap bulanny, akan bagus dan menggairahkan minat generasi muda untuk bertani. Sehingga target swasembada pangan bisa tercapai.
Selain SDM pertanian yang masih rendah jumlahnya, juga karena minim teknologi sehingga tak heran pertanian di Bali sulit berkembang. Apalagi pariwisata di Bali menjanjikan sehingga pertanian ditinggalkan.
Maka menurutnya dengan penggunaan teknologi akan membuat produksi pertanian menjadi lebih efektif dan efesien. Bagi anak muda yang melakoni pertanian juga akan merasa seksi dengan penggunaan teknologi ini.
Ia sendiri merasakan manfaat penggunaan teknologi dengan memanfaatkan smartphone. Mengubah mindset bertani juga perlu dilakukan bahwa bertani juga dapat menghasilkan multu income bagi petani baik income harian, mingguan, bulanan bahkan tahunan sehingga income pertanian benar benar sebuh investasi untuk masa depan.
“Sehingga kita bisa menjaga ketahanan pangan, sustainable income kita, kita juga bisa menjaga regenerasi petani sebagai sebuah pekerjaan yang membanggakan dan keren,” ujarnya.
Selain memang lahan pertanian di Bali yang beralih fungsi merupakan tantangan luar biasa. Alih fungsi lahan terjadi karena kurang ya edukasi dan pemahaman dari keuntungan bertani. “Masyarakat belum bisa memanfaatkan lahannya untuk mendapatkan income sehingga dengan mudah bisa menjual, mengontrakkan menjadi vila dan sebagainya,” ujarnya.
Dalam kondisi Bali saat ini, tidak mungkin mengabaikan pariwisata. Maka hal yang bisa dilakukan agar pertanian dapat unggul yaitu dengan tourism supporting agriculture.
“Fokusnya bertani bonusnya pariwisata. Bagaimana pun juga kita di Bali tidak bisa meninggalkan pariwisata. Harus bergandengan tangan, maka selain fokus utama pertanian, ada anggota juga membangun fasilitas glamping, homestay,” beberny.
Agar dapat mengembangkan kawasan pertanian tersebut, menurutnya masyarakat harus bersatu membuat suatu kawasan pertanian, baik kawasan strawberry, alpukat, hortikultura, durian, dan sebagainya.
Dengan cara itu menurutnya petani menjadi subyek pariwisata bukan lagi obyek pariwisata. Dengan petani bersatu membuat kawasan pertanian, ia yakin pertanian dapat maju dengan pariwisata menjadi bonunsnya.(Citta Maya/Balipost)