MANGUPURA, BALIPOST.com – Kedua pasangan calon (paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur Bali Tahun 2024, Made Muliawan Arya – Putu Agus Suradnyana (Mulia-PAS) dan Wayan Koster – I Nyoman Giri Prasta (Koster-Giri) adu gagasan pada debat publik terakhir yang diselenggarakan KPU Provinsi Bali, Rabu (20/11) malam.
Debat Publik pemungkas yang digelar di Nusa Dua, Badung ini mengusung tema “Ngardi Bali Shanti lan Jagaditha”. Subtemanya, yaitu Isu Ketenagakerjaan; Perempuan, Anak, dan Kaun Marginal; Smart Agriculture; Digitalisasi Pelayanan Publik; dan Pendidikan dan Kesehatan Fisik dan Mental.
Terkait isu ketenagakerjaan, De Dadjah mengatakan bahwa tantangan Bali yaitu terkait dengan pengangguran, angkatan tenaga kerja baru, daya saing dan bonus demografi. Untuk itu, ada 3 hal yang akan dilaksanakan Mulia-PAS. Yaitu, peningkatan kualitas perkerja, aksesibilitas pekerja, dan kesejahteraan pekerja dengan peningkatan UMP, peningkatan jaminan kesehatan, keamanan, dan kenyamanan bekerja.
Ia membandingkan UMP Bali dengan Jakarta pada tahun 2019 yaitu Rp2.297.969, sedangkan Jakarta Rp3.940.973. Dan pada 2023, UMP Bali Rp2.713.672, sedangkan Jakarta Rp4.901.798. “Rentangnya lumayan cukup jauh,” ujar Muliawan Arya atau yang akrab di sapa De Gadjah.
Mulia-PAS memiliki visi Bali Maju Program Bali kreatif Dan Inovatif dengan membangun iklim usaha yang sehat, diversifikasi lapangan pekerjaan di luar sektor pariwisata, merangsang pertumbuhan entrepreneur, mendukung PMI dengan menyiapkan dan mendampingi program keberangkatan, membantu izin usaha dan permodalan.
Terkait perempuan, anak dan kaun marginal, Mulia-PAS memiliki visi Bali Unggul, Program Bali membangun untuk semua. Mulia-PAS berkomitmen menghilangkan deskriminasi perlakuan atas karir kaum perempuan, jaminan kesempatan kerja yang sama untuk semua, pembangunan taman bermain anak dan keluarga yang murah dan mendidik, pembangunan rumah sakit ibu dan anak sekaligus meningkatkan kesehatan reproduksi perempuan, program pemenuhan gizi bagi bayi dan anak untuk mencegah stunting sejak dini, dan meningkatkan akses pembangunan terhadap kaum marginal sehingga tidak terpinggirkan lagi sesuai dengan kondisi marginal masing-masing.
Terkait pendidikan, kesehatan fisik dan mental, Mulia-PAS memiliki program SDM Unggul dan Sehat. Yaitu, menerapkan pendidikan karakter dengan kurikulum link and match, SMA/SMK N gratis, subsidi SMA/SMK Swasta, sekolah berasrama untuk siswa miskin, dan Beasiswa Bali Dwipa Jaya untuk mahasiswa KTP Bali yang kuliah. Menurunkan angka bunuh diri melalui konsultasi kejiwaan gratis berupa call centre 24 jam. Memperkuat keberadaan RSU dan RS Mata Bali Mandara, RS Jiwa Bangli, RS Puri Raharja, dan membangun RS Ibu dan Anak. Serta meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan fisik dan mental.
Terkait Smart Agriculture, Mulia-PAS memiliki visi Bali Lestari dengan program Simantri Plus berbasis Tri Hita Karana. Diantaranya, mambantu petani dan peternak untuk mendapatkan akses benih, bibit, pupuk berkualitas. Mengenalkan, mendidik, melatih penggunaan teknologi dalam pengelolaan pertanian dan perikanan dengan diversifikasi produk pasca panen. Membantu branding dan sosialisasi produk pasca panen.
Terkait digitalisasi pelayanan publik, Mulia-PAS memiliki program transformasi digital. Menurutnya, pelayanan haruslah berbasis kenyamanan, keamanan, presisi, efektif, dan efisien dengan pelayanan 1 pintu secara online. Memperbaiki sistem layanan yang terkoneksi dengan aplikasi nasional dan dapat dimonitor secara real time oleh Gubernur dan Wakil Gubernur, serta menghilangkan blank spot internet seluruh Bali.
Mulia-PAS berjanji tidak akan menjejali masyarakat dengan berbagai himbauan tanpa solusi nyata, kami akan hadir mendampingi dan mengatasi bersama-sama secara gotong royong. Pemerintah harus hadir sebagai pengayom, pelindung dan sekaligus membantu mencarikan solusi. Apalagi, materi yang dibahas dalam debat kali ini adalah hal yang mendasar sesuai Pembukaan UUD 1945 yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. “Sudah sepantasnya kita semua secara serius bersatu untuk mewujudkannya,” tegas De Gadjah.
Sementara itu, Koster-Giri mengatakan bahwa tema “Ngardi Bali Santhi lan Jagaditha” sejalan dengan visi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana dalam Bali Era Baru. Dimana, terkait isu ketenagakerjaan Bali, dikatakan angka kemiskinan di Bali semakin menurun. Data terkahir tahun 2024 yaitu 1,87 %. Adapun beberapa permasalahan, diantaranya produktivitas tenaga kerja masih rendah, dominasi tenaga kerja Bali yang berpendidikan SD, SMP, dan SMA mencapai 67,5 %, kurang patuhnya perusahaan terhadap penerapan UMP, maraknya WNA yang bekerja ilegal, dan terjadinya kasus penempatan PMI Krama Bali non prosedural.
Untuk itu, program yang disiapkan adalah pengembangan SDM Bali unggul, satu keluarga satu sarjana. Memproteksi tenaga kerja lokal Bali. Memfasilitasi sertifikasi keahlian secara gratis bagu calon tenaga kerja lokal Bali. Memberikan pelatihan keterampilan digital. Meningkatkan kewirausahaan bekerjasama dengan inkubator bisnis perguruan tinggi. Menegakkan kepatuhan perusahaan terhadap penerapan UMP. Menindak tegas orang asing yang bekerja secara ilegal. Menyiapkan lapangan kerja baru dengan membangun pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru. Dan memberikan pelatihan keterampilan dan pemberian bantuan modal kepada PMI krama Bali.
Terkait isu perempuan, anak dan kaum marginal, Dikatakan pencapaian saat ini Pemerintah Provinsi Bali raih penghargaan layak anak. Presentase kaum perempuan yang menjadi pelaku UMKM di Bali mencapai 52 %. Begitu juga keterlibatan kaum perempuan sebagai tenaga profesional di Bali mencapai 50,36%. Prosentase kaum perempuan yang menempati jabatan struktural di Pemprov Baliencapai 34,95%.
Namun, Keterwakilan kaum perempuan di legislatif masih sangat rendah yaitu 18,18 % masih jauh dari 30 %. Begitu juga masih adanya perlakuan kekerasan terhadap perempuan di Bali. Oleh karena itu, program yang dicanangkan yaitu memberlakukan kebijakan sesuai Perda Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2024 tentang Pengarustamaan Gender. Pemerintah Daerah merekrut pegawai, pengisian jabatan, dan promosi jabatan minimum 30 % perempuan. Perusahaan di Bali harus merekrut karyawan termasuk pimpinan perusahaan minimum 30 % perempuan.
Perekrutan dan pengisian jabatan komisioner di Pemda minimum 30 %. Program khusus akademi perempuan Bali. Dan menyediakan rumah aman bagi korban kekerasan kaum perempuan se-Bali.
Terkait smart agriculture, dikatakan kontribusi sektor pertanian/agriculture terhadap PDRB di Bali mencapai 15 %. Namun, ada berbagai permasalahan yang dihadapi Bali dalam smart agriculture, diantaranya tingginya alih fungsi lahan pertanian yang mengancam kedaulatan pangan Bali, ketersediaan dan kualitas air irigasi menurun, eksistensi dan fungsi subak menurun, mayoritas petanu di Bali berusia di atas 60 tahun, masih terbatasnya adopsi teknologi pertanian modern, dan terjadi fluktuasi harga panen yang merugikan petani.
Untuk itu, program yang disiapkan Koster-Giri yaitu pengembangan sistem pertanian modern smart agriculture, memberikan akses dan pelatihan penggunaan teknologi digital, memperbanyak komunitas petani muda keren untuk berbagi informasi, pengalaman, dan kenerhasilan, memberikan insentif kepada petani yang menerapkan smart agriculture, memberikan beasiswa kepada Gen Z dan Milenial mengikuti pendidikan smart agriculture di luar negeri, mengembangkan sistem pertanian organik, hilirisaai produk pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan pendapatan petani, dan pembentukan BUMD pengan untuk membeli produk pertanian dengan harga pantas.
Terkait pendidikan, kesehatan fisik dan mental, Koster-Giri fokus 5 tahun ke depan untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan. Dikatakan, angka kematian bunuh diri cukup tinggi di Bali yaitu 3 orang per 100.000 penduduk, prevelensi gangguan jiwa berat yang tinggi yaitu 11 orang per 1.000 penduduk, Bali menduduki 10 besar penyalahgunaan narkoba, dan angka stunting di Bali terendah di Indonesia, yaitu 7,2 %.
Untuk itu, program yang dilakukan dengan meningkatkan akses dan kualitas pendidikan PAUD/Tak, SD, SMP, SMA/SMK/SLB dan perguruan tinggi, penguatan dan pengembangan pendidikan sains dan teknologi, penguatan karakter dan jatidiri masyarakat berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal, meningkatkan aktivitas anak muda Gen Z dan Milenial dalam kegiatan budaya dan olahraga berbasis desa/desa adat, desa/desa adat melaksanakan kegiatan metirta yatra mewujudkan kehidupan yang damai dan bahagia, menyediakan layanan konsultasi kesehatan mental di sekolah, perguruan tinggi, dan fasilitas kesehatan, dan menurunkan angkat stunting menjadi di bawah 4 %.
Ada 7 orang panelis dalam debat pemungkas ini, yaitu Dr. Ni Nyoman Dewi Pascarani, SS.,M.Si. (Dosen Ilmu Komunikasi Unud), Prof. Dr. Ir. I Ketut Satriawan, MT. (Guru Besar Teknologi Industri Pertanian Unud), Prof. Dr. Ir. Gede Sedana, M.Sc.,MMA. (Guru Besar Manajemen Agribisnis Dwijendra University), Prof. Dr. Ir. Ni Luh Kartini, MS. (Guru Besar Pertanian Organik Fakultas Pertanian Unud), Prof. Dr. Ir. I Nengah Sujaya, M.Agr.Sc., Ph.D. (Ketua Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu Unud), Dr. Luh Riniti Rahayu, M.Si. (Direktur LSM Perempuan Bali Sruti), dan Dr. dr. Anak Ayu Sri Wahyuni, Sp.KJ. (Dosen Fakultas Kedokteran Unud). (Ketut Winata/balipost)