DENPASAR, BALIPOST.com – Debat terbuka ketiga Pilkada Tabanan 2024, yang digelar di Denpasar, Rabu (20/11), menjadi ajang pertarungan ide bagi dua pasangan calon (paslon), Komang Mulyadi-Komang Ardika dan Komang Gede Sanjaya-Made Dirga untuk menunjukkan visi mereka. Perlindungan perempuan hingga keharmonisan sosial menjadi bahasan dalam debat terakhir yang ditayangkan langsung Bali TV dan streaming lewat akun YouTube KPU Tabanan.
Terkait Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Paslon 2, Komang Gede Sanjaya dan Made Dirga, tampil percaya diri dengan program Semara Ratih, yang menawarkan konseling calon pengantin untuk mencegah kekerasan dalam rumah tangga. Selain itu, mereka memperkenalkan aplikasi pengaduan berbasis teknologi, penyuluhan ke desa-desa, serta pendampingan hukum hingga pengadilan. “Program ini dirancang untuk tidak hanya melindungi korban, tetapi juga memberikan edukasi sejak dini,” ujar Sanjaya.
Sedangkan Paslon 1, Komang Mulyadi dan Komang Ardika, menekankan pentingnya pendekatan berbasis komunitas. Mereka mengusulkan penempatan satu dokter di setiap desa untuk memberikan edukasi terkait kekerasan serta menggandeng LSM dalam pendampingan korban. “Pembangunan desa adalah kunci pembangunan kabupaten,” tegas Mulyadi.
Pelestarian Nilai Budaya, untuk pelestarian budaya, Paslon 1 mengusulkan pesta seni tahunan dan pembangunan rumah kreatif sebagai pusat inovasi seniman lokal. Menurut Nyoman Ardika, calon Wakil Bupati dari paslon 1, langkah ini akan menghidupkan potensi seni daerah dan menciptakan ruang kreatif bagi generasi muda.
Paslon 2 memilih menonjolkan capaian yang telah ada, seperti Pesta Kesenian Bali dan festival berbasis kearifan lokal di setiap kecamatan. “Kami akan memperkuat program yang sudah berjalan dengan dukungan anggaran, agar budaya lokal terus berkembang,” jelas Sanjaya.
Menjaga Keberagaman dan Kerukunan, Paslon 2 menyoroti penghargaan Harmoni Award yang diraih Tabanan sebagai bukti keberhasilan menjaga toleransi antarumat beragama. Mereka berjanji untuk terus memberikan ruang bagi keberagaman budaya dan keyakinan.
Sebaliknya, Paslon 1 menawarkan integrasi sistem perizinan antara desa adat, banjar, subak, dan desa dinas untuk memastikan pendatang dapat beradaptasi dengan budaya lokal. “Sinergi ini akan menjaga semangat Bhinneka Tunggal Ika di Tabanan,” ujar Ardika.
Selanjutnya terkait dengan perlindungan hukum bagi masyarakat miskin, Komang Gede Sanjaya menegaskan bahwa paslon 2 telah mengalokasikan anggaran dari APBD untuk pendampingan hukum hingga tuntas, termasuk konseling psikis bagi anak-anak kurang mampu.
Sementara itu, paslon 1 menawarkan program unggulan 1 Desa 1 Miliar untuk pemberdayaan desa dalam menyelesaikan persoalan hukum secara mandiri. Mereka juga berencana membentuk lembaga hukum di tingkat desa untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat.
Lalu tentang kritik dan kebebasan berpendapat, Paslon 2 memanfaatkan teknologi dengan membuka website resmi untuk menerima kritik. Sanjaya menekankan pentingnya etika dalam menyampaikan aspirasi. “Kritik yang baik adalah kritik yang bertanggung jawab,” katanya.
Paslon 1 menawarkan forum terbuka “Tabanan Bebas Bicara,” yang mendorong masyarakat berpendapat secara sopan dan bertanggung jawab. “Kami akan membuka informasi seluas-luasnya sambil tetap menjaga etika,” ujar Ardika.
Debat yang berlangsung hangat ini memberikan gambaran bagaimana masing-masing paslon menawarkan solusi atas isu-isu strategis. Dengan beragam gagasan yang disampaikan, masyarakat Tabanan kini memiliki lebih banyak informasi untuk menentukan pilihannya di Pilkada mendatang. (Puspawati/balipost)