Ilustrasi - Pengendara sepeda motor menerobos genangan air saat hujan deras di Jalan Raya Pasar Minggu, Jakarta, Jumat (22/11/2024). Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan 97 persen wilayah Indonesia pada November 2024 sudah memasuki musim hujan fenomena La Nina lemah dan diperkuat oleh adanya fenomena atmosfer hingga siklon tropis yang puncaknya akan berlangsung pada medio Januari - Februari 2025. (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPOST.com – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) masih memperkirakan bibit badai tropis 96S (siklon) akan bertahan di wilayah Indonesia dalam 72 jam ke depan sehingga masyarakat diminta untuk selalu waspada atas potensi yang dapat ditimbulkan.

Prakirawan Siklon Tropis TCWC BMKG Jakarta Nurul Pramiftah di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa bibit siklon tropis 96S terpantau di Samudra Hindia sebelah barat daya Bengkulu. Pusat sirkulasinya berada di sekitar 9,4°LS 96.0°BT dengan kecepatan angin maksimum 37 kilometer per jam (20 knots) dan tekanan udara minimum 1.006 hPa.

Baca juga:  Badai Helene Menjadi Badai Terdahsyat Kedua AS Dalam 55 Tahun

“Bibit siklon tropis ini berpotensi menjadi siklon tropis dalam 24-72 jam adalah rendah – sedang, sementara lebih dari 72 jam adalah sedang,” kata dia, dikutip dari kantor berita Antara, Jumat (22/11).

Menurut dia, dalam kondisi tersebut maka bibit siklon 96S mampu memberikan dampak langsung maupun tidak langsung ke wilayah Indonesia hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di wilayah Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Sumatera Selatan, dan Jambi.

Berpotensi menimbulkan tinggi gelombang laut 1,25 – 2,5 meter di wilayah Selat Malaka bagian utara, Perairan barat Sumatera, Perairan selatan Jawa, Samudra Hindia selatan Jawa – NTT, Selat Bali bagian selatan, Selat Badung, Selat Lombok bagian selatan, dan Laut Sawu bagian selatan.

Baca juga:  HUT Kemerdekaan, 72 Perahu Merah Putih Parade di Selat Bali

Kemudian berpotensi gelombang laut 2,5 – 4,0 meter di wilayah Samudera Hindia barat Sumatera, Samudra Hindia selatan Banten, dan Selat Sunda bagian selatan.

Prakirawan BMKG menjelaskan bahwa kondisi ini terjadi karena lingkungan di sekitar bibit 96S mendukung pertumbuhan sistem di antaranya berada pada perairan yang hangat (28 – 30ºC), udara yang cukup lembab dari lapisan permukaan hingga menengah lebih dari 70 persen, dan mulai adanya masukan suplai angin dari wilayah utara seiring dengan punahnya siklon tropis Man-yi.

Baca juga:  RI Termasuk Negara Capai 100 Persen Energi Terbarukan

Hasil analisa BMKG dalam 24 jam terakhir mendapati adanya aktivitas konvektif yang lebih persisten atau berlangsung terus-menerus dalam kurun waktu tertentu tanpa menunjukkan tanda-tanda melemah atau berhenti.

BMKG memprakirakan bibit siklon tropis akan cenderung stationari karena sistemnya masih lemah namun ketika berkembang ia mulai bergerak ke arah barat daya mengikuti angin dominan. Oleh karena itu masyarakat, khususnya yang beraktivitas di kawasan pesisir dan juga pelayaran laut supaya lebih waspada. (Kmb/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *