Oleh I Wayan Yudana
Hari Pahlawan pada 10 November dan peringatan Puputan Margarna tidak hanya mengenang jasa para pahlawan juga momentum untuk merenungkan nilai kepahlawanan itu dapat diwujudkan oleh insan pendidikan. Harapan Sosial RI, Saufullah Yusuf, agar peringatan ini memicu lahirnya sosok pahlawan baru yang mampu memberikan pencerahan, harapan, dan tindakan nyata menuju kemajuan bangsa di berbagai
bidang kehidupan patut diapresiasi.
Ada ajakan untuk tidak berhenti pada ritual tahunan, tetapi menjadikan semangat kepahlawanan sebagai inspirasi bagi masyarakat, khususnya dalam sektor pendidikan, untuk terus berinovasi dan
berkontribusi membangun bangsa. Nilai kepahlawanan bagi insan pendidikan juga tercermin dalam kemampuan beradaptasi dan berinovasi di tengah keterbatasan.
Banyak sekolah di daerah terpencil atau dengan anggaran minim yang tetap berupaya memberikan
pendidikan berkualitas. Di sinilah terlihat bahwa insan pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa dan lingkungan sekolah dengan segala keterbatasannya adalah pahlawan modern yang membawa nilai-nilai perjuangan dalam konteks baru.
Seperti kata Mahatma Gandhi, “Hidup adalah cermin; jika tersenyum, cermin akan membalas senyum yang sama.” Para pendidik yang memberikan dedikasi, semangat positif, berjuang tanpa pamrih demi generasi muda akan selalu dikenang dan dihormati oleh mantan anak didiknya.
Dalam memperingati Hari Pahlawan, seyogianya para pendidik mengambil bagian dalam mewujudkan cita-cita pahlawan melalui pengembangan karakter, inovasi, dan kesungguhan dalam membangun bangsa dari bidang pendidikan. Harapan ini, seperti yang diungkapkan oleh Menteri Sosial, seharusnya menjadi pendorong bagi insan pendidikan untuk melahirkan “pahlawan-pahlawan” baru yang dapat berperan dalam mencerdaskan dan membangun Indonesia yang lebih maju.
Dalam konteks ini, meskipun guru tidak menerima penghargaan formal layaknya pahlawan perang, jasa seorang guru sesungguhnya telah tertanam mendalam di sanubari setiap mantan anak didiknya. Saat seorang siswa telah lulus, meniti karir, dan mencapai masa depannya, jasa guru akan dikenang sepanjang hidup, menjadi bagian dari perjalanan setiap anak didik dalam
mengenang sosok yang membimbing dan membentuknya di masa-masa awal pembentukan
karakter dan pengetahuan.
Guru memiliki peran sentral yang sangat berharga dalam pembentukan masa depan generasi muda. Kesadaran akan kemuliaan tugas ini mendorong setiap guru untuk berjuang memberikan pendidikan yang terbaik bagi siswanya, bukan hanya untuk pencapaian akademis tetapi juga untuk pembentukan karakter dan moral.
Sebagai sosok yang menjadi teladan, guru mencerminkan nilai-nilai ketulusan, komitmen, dan dedikasi, yang berdampak besar pada perkembangan siswa. Dengan pandangan ini, guru akan merasa bahwa setiap upaya mendidik adalah bagian dari ibadah dan pengabdian kepada bangsa dan negara.
Mendidik bukan hanya tentang menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga membentuk karakter siswa yang kuat dan berintegritas. Guru memiliki tanggung jawab besar untuk membantu siswa menghadapi berbagai tantangan kehidupan dengan sikap yang positif, kemampuan beradaptasi, dan proses pembinaan karakter yang berkesinambungan.
Mengelola berbagai tanggung jawab dalam
pendidikan, termasuk administrasi dan tugas tambahan, memerlukan ketekunan dan kesabaran. Meskipun terkadang dapat menjadi beban, guru diharapkan tetap menghadapinya dengan semangat dan dedikasi.
Dalam dunia pendidikan yang dinamis, perubahan kurikulum adalah hal yang wajar terjadi sebagai respons terhadap kebutuhan dan tantangan zaman. Guru perlu
melihat perubahan ini sebagai peluang untuk terus berkembang dan menyesuaikan diri dengan metode dan pendekatan baru.
Keyakinan akan hasil positif dari setiap usaha yang dilakukan dengan ikhlas adalah motivasi utama bagi guru dalam menjalankan tugasnya. Dengan sikap optimis, guru mampu melihat tantangan sebagai kesempatan untuk bertumbuh dan memperbaiki kualitas diri serta pembelajaran yang diberikan. Guru percaya bahwa ketulusan dan dedikasi yang diberikan
dalam mendidik siswa akan berbuah manis, meskipun mungkin belum terlihat dalam waktu dekat.
Dalam menjalankan tugas sehari-hari, guru kerap menghadapi berbagai situasi yang menuntut ketegasan, terutama dalam membina siswa yang memerlukan pendekatan khusus. Sayangnya, langkah-langkah pendisiplinan yang dilakukan guru tidak selalu dipahami dengan baik oleh semua pihak, yang dalam beberapa
kasus bahkan menimbulkan masalah hukum. Oleh karena itu, keberadaan lembaga advokasi khusus bagi guru menjadi semakin penting.
Penulis, Kepala SMK Negeri 1 Petang