DENPASAR, BALIPOST.com – Banyak anggapan bahwa sektor pertanian tak menguntungkan. Sebab, jika produknya berlimpah, harga pun menjadi anjlok.
Belum lagi persoalan regenerasi petani. Banyak yang menyebut, generasi muda tak tertarik bergerak di sektor pertanian karena tidak keren dan kurang punya gengsi. Belum lagi harus rela berkotor-kotor karena pertanian itu identik dengan menggarap sawah yang berlumpur.
Padahal sektor pertanian ada banyak macamnya. Tak perlu pula harus berkotor-kotor di sawah untuk menekuninya. Di zaman yang sudah canggih ini, sektor pertanian juga bisa digarap menggunakan sentuhan teknologi.
Putu Rizki Ari Yasa Wibawa salah satu contohnya. Rizki bersama sang ibu, Ni Sayu Ketut Suartini, merintis usaha produksi beragam produk turunan Kakao, mulai dari coklat batangan, bubuk coklat, kakao nibs, hingga minumas kemasan. Usahanya ini bernama Rumah Coklat CK.
Pria yang lulusan Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana ini mengisahkan awal ketertarikannya terjun ke usaha produk olahan kakao yang berlokasi di Desa Candikusuma, Jembrana ini.
Usaha yang dirintis pada 2019 itu bermula dari keprihatinan melihat potensi kakao fermentasi dan tidak difermentasi yang besar di Candikusuma namun belum dimanfaatkan secara maksimal. “Saat itu belum ada yang mengolah kakao fermentasi ini menjadi coklat dan produk turunannya,” ujar co-founder Rumah Coklat CK ini ketika diwawancarai.
Ibunya lah yang berinisiatif merintis usaha dengan membentuk Kelompok Wanita Tani (KWT) Kusuma Sari beranggotakan 20 orang. Pekerjanya merupakan ibu rumah tangga (IRT) yang ada di sekitar rumah produksi. Mereka bekerja sampingan di Rumah Coklat CK untuk menambah penghasilan.
KWT ini memperoleh hibah dari Bank Indonesia lewat Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) berupa gedung produksi hingga peralatan untuk mengolah kakao menjadi coklat. Pihak perbankan juga mulai melirik usaha ini, salah satunya BRI.
Rizki mengaku memperoleh bantuan KUR dari BRI di 2021. “Awal mulanya, kami pinjam Rp5 juta untuk menambah modal membuat kemasan produk. Setelah itu, lanjut pinjam Rp20 juta. Sedangkan yang terakhir ini, kami pinjam di BRI sebesar Rp50 juta, tapi sudah bukan jenis KUR,” sebut Rizki.
Ia mengaku memperoleh pendampingan mantri BRI sehingga usahanya bisa berkembang. “Banyak benefit yang kami peroleh dari BRI lewat pendampingan mantri. Kami lebih mudah dalam mencari kredit dan promosi produk,” ungkapnya.
Bahkan sebagai nasabah, ia diajak ikut berpameran oleh Kantor Wilayah BRI Denpasar pada 2021. Kemudian di 2023, Rumah Coklat CK juga ikut sebagai peserta BRILianpreneur. “Kami didampingi dalam expo dan bertemu buyer dan artisan coklat yang berasal dari seluruh Indonesia maupun luar negeri,” kenangnya.
Sebagai BRILianpreneur 2023, ia memperoleh relasi, suplier, dan buyer sehingga mampu memperluas pasar. Buyernya ada yang dari dalam negeri, seperti Jakarta, Jawa Timur, dan Bali. Untuk buyer luar negeri ada yang berasal dari China.
Produk Rumah Coklat CK ini disebutnya sudah dipasarkan ke Jepang. Saat ini, pihaknya juga sedang menjajaki pemasaran ke Belanda.
Produksinya mencapai 50 kilogram per hari dengan varian produk mencapai 12 item. Ragamnya berupa coklat batangan yang memiliki 7 varian rasa, minuman coklat bubuk, kakao nibs, kakao bubuk, dan minuman kemasan.
Ditanya omzet, ia mengaku selama hampir 5 tahun beroperasi mengalami kenaikan. Di awal berproduksi, omzetnya Rp5 juta per bulan. Namun di 2023, omzetnya sudah meningkat menjadi Rp50 juta dalam sebulan.
Lebih Memberdayakan Generasi Mud
Ia berharap ke depannya bisa lebih memberdayakan masyarakat Desa Candikusuma dan sekitarnya, terutama generasi muda. Sebab, saat ini ia melihat bahwa generasi seusianya lebih banyak yang tertarik bekerja di luar negeri.
Pria yang mengaku suka tantangan dan inovasi ini pun berharap pemerintah dan perbankan bisa mendukung UMKM berkembang lewat kredit berbunga ringan dan pendampingan.
Terkait komitmen di sektor pertanian, Regional CEO BRI Denpasar Hery Noercahya mengatakan pihaknya terus mendukung agar bisa menjadi salah satu unggulan untuk menopang perekonomian masyarakat. Hal itu diwujudkan dalam bentuk prioritas penyaluran kredit usaha serta berbagai program pemberdayaan untuk mendukung pertumbuhan usaha.
Ia menyebutkan Bali memang dikenal sebagai wilayah yang bertumpu pada sektor pariwisata. Namun, bank tidak hanya mendukung sektor usaha tersebut.
Ia berharap pelaku usaha dapat terus mengembangkan bisnisnya sebagai leader dalam industri pertanian. Selain itu ia berharap dapat memberikan manfaat kepada lingkungan sekitar, baik di bidang budaya maupun perkenomian masyarakat sekitar.
Data BPS Bali menyebutkan pertanian masih merupakan salah satu kontributor utama dalam perekonomian Bali. Pada tahun 2023, lapangan usaha ini menduduki posisi kedua dalam PDRB Bali dengan nilai Rp37,68 triliun atau 13,73 persen.
Selama 5 tahun berturut-turut, lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan menduduki peringkat kedua setelah lapangan usaha akomodasi dan makan minum. (Diah Dewi/balipost)