DENPASAR, BALIPOST.com – Kumulatif kasus HIV/AIDS di Bali tergolong tinggi selama 37 tahun. Dinas Kesehatan Provinsi Bali mencatat dari tahun 1987 hingga 2024 ada sebanyak 31.361 kasus HIV/AIDS yang terjadi di Bali. Terdiri dari 19.589 kasus HIV dan 11.772 kasus AIDS. Berdasarkan jenis kelamin, perempuan tercatat sebanyak 11.317 kasus dan laki-laki 20.044 kasus.
Untuk usia, temuan terbesar berada pada kelompok usia 20–29 tahun dengan 11.401 kasus, diikuti usia 30–39 tahun dengan 10.578 kasus, dan usia 40–49 tahun dengan 5.074 kasus. Sedangkan, lima kabupaten/kota dengan kasus terbanyak adalah Kota Denpasar dengan 16.216 kasus, Badung 4.562 kasus, Buleleng 3.863 kasus, Gianyar 2.478 kasus, dan Tabanan 1.392 kasus.
Atas kondisi ini, Pj. Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya, menyampaikan bahwa upaya penanggulangan AIDS membutuhkan lingkungan yang kondusif agar pelaksanaannya dapat berjalan harmonis dan produktif. Sikap empati dan simpati terhadap ODHIV perlu ditunjukkan secara tulus agar mereka merasa diterima, lebih kooperatif dalam berinteraksi sosial, serta bebas dari rasa putus asa, stigma, dan diskriminasi.
Hal ini sejalan dengan tema Hari AIDS se-Dunia 2024, “Hak Setara untuk Semua, Bersama Kita Bisa,” yang menegaskan pentingnya pendekatan inklusif dalam pemenuhan hak-hak individu, termasuk akses layanan kesehatan tanpa stigma dan diskriminasi.
“Implikasi dari sikap empati ini akan mendorong ODHIV menjadi agen pencegahan, bukan sebagai agen penularan seperti yang dikhawatirkan banyak pihak,” ujar Pj. Gubernur dalam sambutannya yang dibacakan Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekda Provinsi Bali, I Dewa Gede Mahendra Putra, saat menghadiri Puncak Peringatan Hari AIDS se-Dunia, di Area Timur Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Bajra Sandhi, Renon, Denpasar, Minggu (1/12).
Selain itu, berperilaku hidup sehat untuk menghindari infeksi HIV/AIDS adalah hal yang sangat penting. Sebab, sekali virus HIV masuk ke dalam tubuh, penularannya akan terus berlanjut pada generasi berikutnya. Diungkapkan, sebanyak 70% dari total kasus terjadi melalui hubungan seks berisiko, baik heteroseksual maupun homoseksual, serta melalui air susu ibu positif HIV kepada bayinya.
Selain itu, HIV/AIDS juga ditularkan melalui penggunaan jarum suntik tercemar HIV, yang banyak ditemukan pada pecandu narkoba suntik (penasun). Pj. Gubernur mengajak seluruh elemen masyarakat untuk melaksanakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) melalui pendekatan keluarga secara disiplin dan bertanggung jawab. Setiap individu diharapkan menjauhi perilaku berisiko, menghindari narkoba, serta berani berkata “Tidak” pada narkoba (Say No to Drugs).
Ia berharap seluruh jajaran kesehatan, perangkat daerah, lembaga, dan mitra terkait dapat berperan aktif memberikan edukasi, melakukan sosialisasi, serta melaksanakan berbagai kegiatan yang mendukung penanggulangan HIV/AIDS di Provinsi Bali.
“Saya optimis kita bisa menghentikan epidemi HIV/AIDS jika konsisten dengan komitmen ‘Tepati Janji – Stop AIDS.’ Terapkan konsep A (Abstinence/puasa seks), B (Be faithful/saling setia), C (Condom use/gunakan kondom pada seks berisiko), D (Do not inject/jangan coba-coba menyuntik narkoba), dan E (Education/pelajari HIV secara mendalam). Kita perlu bersatu dan bekerja lebih keras untuk menghentikan laju epidemi HIV/AIDS,” tegasnya.
Puncak Peringatan Hari AIDS Sedunia 2024, yang turut dihadiri Kepala Perangkat Daerah terkait di lingkungan Pemprov Bali, jajaran Forkopimda Provinsi Bali, serta masyarakat dan pelajar peduli AIDS, diadakan tes HIV gratis, pengumuman dan pemberian hadiah lomba Temu Remaja KSPAN, serta penampilan beberapa pemenang lomba. Selain itu, penghargaan juga diberikan kepada para penjangkau terbaik dari beberapa LSM yang aktif dalam program penanggulangan AIDS di Bali. (Ketut Winata/balipost)