Siti Hediati Hariyadi saat menghadiri perayaan Himpunan Ratna Busana (HRB). (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Para perempuan didorong untuk melestarikan busana daerah sesuai pakem. Sebab, pelestarian busana daerah ini merupakan salah satu upaya dalam menjaga kebudayaan nasional. Demikian disampaikan Ketua Umum Himpunan Ratna Busana (HRB) Pusat, Siti Hediati Hariyadi, Sabtu (7/12).

Perempuan yang akrab disapa Titiek Soeharto ini mengatakan generasi muda harus memahami busana nasional dan daerah yang sesuai pakem. “Modern, modern boleh sih tapi juga harus tahu pakem. Setiap ulang tahun kita kunjungi HRB di Solo, Surakarta dan daerah lain. Kita juga membuat acara dengan tema busana daerah seperti dengan kain Ulos,” ungkapnya.

Baca juga:  Mesum Berbusana Adat Bali, Akun Pengunggah Video Sudah Dihapus

Dengan demikian, selain melestarikan budaya, HRB yang kini berusia 52 tahun ini membantu UMKM lokal berkembang. Bahkan setiap kegiatan juga disertai dengan talkshow mengenai budaya, pengenalan wastra Indoensia, dan ada stand UMKM.

Titik yang sekaligus mengukuhkan HRB Bali ini mengaku senang generasi muda turut serta dalam keanggotaan. “Saya senang karena HRB Bali semangat-semangat, masih muda untuk melestarikan busana Bali,” imbuhnya.

Baca juga:  Peresmian Dimulainya Penggunaan Busana Adat dan Bahasa Bali Dipusatkan di Besakih

Ketua Himpunan Ratna Busana (HRB) Bali AA. Istri Yuli Savita Sari mengatakan dalam perayaan HRB ke-52, pihaknya mengangkat pesona busana daerah Bali. Menurutnya setiap busana daerah memiliki fungsi dan makna sehingga perlu disosialisasikan.

Seperti di Bali, busana adat memiliki fungsi dan makna yang berbeda-beda, misalnya busana untuk upacara dari dalam kandungan, menikah, dan bahkan saat upacara kematian. “Mulai dari sanggul yang pakem seperti apa karena sanggul itu ada maknanya. Kalau yang sudah menikah menggunakan pusung tagel, sedangkan yang belum, pusung gonjer,” ujarnya.

Baca juga:  239 Atlet PON Bali Ikuti Tes Fisik

Pengenalan tentang jenis-jenis wastra Bali, seperti kain gringsing, endek, songket, rangrang dilengkapi kain peraga juga diperlihatkan. Selain mengenal busana adat Bali, baik fungsi maupun maknanya, masyarakat juga dikenalkan dengan siklus hidup busana untuk lingkungan yang berkelanjutan. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN