DENPASAR, BALIPOST.com – Masalah sampah di Kota Denpasar telah menemukan titik terang yaitu dengan memilah sampah antara organik dan non-organik. Namun PR-nya adalah masyarakat perlu diedukasi terus menerus untuk memilah sampah.
Bendesa Adat Jenah, I Wayan Kariasa didampingi Prajuru Adat Jenah I Nyoman Cakra berharap pemerintah agar ada penyuluhan mengenai pemilahan sampah karena pemahaman masyarakat masih sangat minim. Pihaknya juga berharap berharap ada fasilitasi warga mengolah sampah.
Selama ini sampah hanya diangkut oleh petugas swakelola ke masing – masing rumah warga. Namun kemudian petugas kesulitan untuk tempat membuangnya. Menurutnya, selain pemahaman memilah sampah, kesadaran masyarakat untuk memilah juga masih kurang.
Minimal saat paruman agar dibarengi dengan edukasi. Memang dari pemerintah Denpasar sudah ada Perwalinya, hanya saja kesadaran masyarakat masih kurang.
Desa Adat Jenah yang hanya memiliki satu banjar dan penduduk pendatang yang jumlahnya cukup besar. Warga wed yang masih memiliki teba masih bisa membuang sampah organik di sana, selain juga membuat biopori.
Sebagian besar pendatang, jadi mereka kesulitan mengelola sampah. Sehingga selama ini hanya diangkut petugas swakelola.
Diakui Desa Adat Jenah tak memiliki sumber pendapatan yang besar. Hanya mengandalkan pendapatan dari LPD untuk upacara rutin, itupun masih kecil Rp250 juta per tahun.
Sementara Desa Adat Jenah memerlukan pembiayaan untuk pembangunan pura dan terutama bale banjar yang sudah tua dan bocor di sana-sini. Ia berupaya memanfaatkan dana yang ada untuk program kerjanya di bidang parahyangan, pawongan dan palemahan. (Citta Maya/balipost)