Bendesa Adat Padangtegal I Made Parmita. (BP/kup)

GIANYAR, BALIPOST.com – Menyikapi adanya bencana pohon tumbang yang menewaskan 2 warga negara asing (WNA) di Obyek Wisata Monkey Forest Ubud, Selasa (10/12), pihak Desa Adat Padangtegal bersama pengelola sudah melakukan rangkaian upacara pembersihan pertama setelah kejadian. Selanjutnya pihak desa adat bersama pengelola akan melaksanakan upacara pecaruan, Kamis (12/12).

Setelah pecaruan pada Kamis, akan digelar upacara Tumpek Kandang, Sabtu (14/12).

Bendesa Adat Padangtegal I Made Parmita didampingi General Manajer Monkey Forest Anak Agung Ngurah Bagus Bhaskara, Rabu (11/12) mengatakan upacara Tumpek Kandang (untuk satwa) dan Tumpek Uduh (untuk tanaman) rutin digelar. Khusus kejadian pohon tumbang ini, akan ada tambahan upacara. “Pasti ada tambahan, ada penglukatan bagi semua staf, diawali dengan mencaru, pembersihan, Kemarin juga kami sudah ngemargiang (menjalankan, red) prayascita di lokasi kejadian,” ucapnya.

Baca juga:  Desa Adat Pecatu Maknai "Tumpek Uye" sebagai Harmonisasi Alam

Dilanjutkan pada Kamis akan digelar pecaruan kecil di tempat kejadian. “Nanti tanggal 14 Desember kami pusatkan di Pura Wana untuk pecaruan juga, upacara dipimpin oleh Sulinggih dan upacara memang cukup besar,” jelas Made Parmita.

Parmita memaparkan tujuan upacara sebagai bentuk permohonan maaf. Secara niskala mungkin ada hal yang menyebabkan situasi ini terjadi akibat kelalaian atau kesalahan yang tidak sengaja atau sengaja.

Baca juga:  Kunjungan ke Monkey Forest Ubud Didominasi Wisman

“Kami memohon agar tidak lagi terjadi, ini berkaitan dengan bencana, dimana pun bisa terjadi, tetapi bagaimana kita minta perlindungan dari susuhunan di objek ini, dan di pura dalem juga karena objek ini ada Pura Dalem, Prajapati, Beji dan Pura Wana,” tuturnya. (Wirnaya/balipost)

BAGIKAN