SINGARAJA, BALIPOST.com – Rencana PT. General Energy Bali (GEB) mengembangkan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Celukan Bawang tahap dua akan segera direalisasi. Manajer Offair PT. GEB Putu Singyen mengatakan pengembangan pembangkit tahap dua ini sudah dilengkapi kajian teknis dan perizinan.
Ia mengutarakan target kalau tidak ada hambatan, pengembangan pembangkit yang akan menghasilkan daya listrik sebesar 660 MW itu mulai dikerjakan tahun ini. Diawali dengan ground breaking.
Dari kajian teknis dan kelengkapan perizinan, dia menyebut, pembangkit tetap menggunakan batu bara sebagai bahan bakar mesin pembangkit. Terkait kekhawatiran akan memicu pencemaran, Singyen menyatakan perusahaan tetap memegang komitmen seperti pengoperasian pembangkit tahap pertama yang menghasilkan 380 MW tetap menjaga kelestarian lingkungan dari ancaman pencemaran itu sendiri.
Selain itu, perusahaan tunduk dan mengikuti semua bentuk peraturan dan siap diawasi oleh pemerintah melalui kewenangan instanasi yang terkait di bidangnya. Dia mencontohkan pengendalian pencemaran terutama di laut lewat water treatment yang menunjukkan bahwa ekositem ikan di laut sekitar pembangkit tetap terjaga dan dan populasi ikan meningkat. “Pengembangan tahap dua itu planning setelah power plant pertama berjalan. Dari kajian dan izin yang sudah kita lengkapi itu bahan bakar tetap batu bara dan mengapa ini adalah kajian teknis perusahaan dan perizinan yang sudah dilengkapi. Masalah pencemaran kami tunduk dengan regulasi dan siap diawasi oleh lembaga yang diberikan kewenangan,” katanya.
Di sisi lain Singyen mengatakan, target pengembangan tahap kedua ini tidak murni untuk investasi secara ekonomi. Tetapi mendukung pemerintah dalam menyediakan cadangan listrik mandiri di Bali termasuk Buleleng. Target ini diakuinya realistis karena fakta menyebut bahwa Bali masuk daerah terbesar kedua di Indonesia yang memerlukan pasokan listrik.
Dia membeberkan data di mana Bali memerlukan pasokan listrik sebesar 810 MW setiap hari. Dari kebutuhan itu, sejak beroperasi tahun 2015 yang lalu PLTU telah memasok listrik sebesar 380 MW per hari.
Jumlah ini diklaim telah “menerangi” sekitar setengah dari seluruh luas pulau Bali. Untuk itu, pengembangan tahap dua ini ditargetkan untuk menambah pasokan listrik hingga memenuhi kebutuhan tersebut dan cadangan listrik sebesar 40 MW. “Listrik ini sumber kehidupan selain air dan fakta kalau Bali membutuhkan listrik terbesar kedua di negara kita. Sebagai perusahaan kami berpartisipasi untuk menyiapkan kebutuhan listrik itu sendiri, sehingga kebutuhannya bisa dipenuhi sesuai kebijakan pemerintah yang menyebut Bali mandiri listrik,” tegasnya.
Di tengah rencana itu belakangan mulai muncul upaya penolakan. Atas kondisi ini, Buapti Buleleng Putu Agus Suradnyana (PAS) belum menentukan sikap. Lebih jauh Bupati mengatakan, sejauh ini aktivitas PLTU Celukan Bawang telah berjalan dan diatur lewat regulasi.
Terkait rencana pengembangan tahap dua yang memunculkan aksi penolakan, pihaknya tidak berani untuk menyatakan sikap atas rencana tersebut. “Saya belum tahu soal itu karena ini adalah kebijakan kelistrikan di Bali, dan dukungan izinnya jelas ada di provinsi dan hanya izin pendukung lain seperrti IMB atau izin lain mungkin akan diterbitkan di daerah,” katanya.
Terkait desakan warga agar perusahaan menggunakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan untuk mencegah dampak pencemaran lingkungan, Bupati asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar ini menyebut kalau pembangkit menggunakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, maka akan semakin baik dan dipastikan tidak memunculkan penolakan dari masyarakat itu sendiri. “Kalau soal ancaman pencemaran itu saya tidak berani komentar yang jelas semakin ramah lingkungan, maka semakin baik. Untuk ancaman pencemaran lingkungan ini yang menetapkan standar baku mutu dan kajiannya di pemprov,” katanya. (Mudiarta/balipost)