MANGUPURA, BALIPOST.com – Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Badung selama dua hari berturut-turut menyebabkan banjir di sejumlah kawasan, khususnya di Legian, Kuta. Pada Minggu (22/12), beberapa titik dilaporkan terendam, di antaranya Jalan Dewi Sri IV, Jalan Pandawa, Jalan Campuhan, Jalan Prajanatha, serta tikungan depan kantor BRI di Jalan Dewi Sri Induk.
Tiga lokasi dengan ketinggian air mencapai sepinggang orang dewasa tercatat di Jalan Dewi Sri IV, Jalan Pandawa, dan Jalan Campuhan. Banjir ini berdampak pada rumah warga, akomodasi wisata, serta kendaraan yang terendam air.
Tim gabungan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Badung dan Balawista mengevakuasi sejumlah wisatawan menggunakan rubber boat.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Badung, Ketut Murdika, menyatakan bahwa evakuasi dilakukan di beberapa akomodasi wisata di kawasan Legian dan Seminyak, seperti Jalan Dewi Sri, Jalan Blonk, dan Jalan Dewi Saraswati.
“Untuk genangan tertinggi mencapai sepinggang orang dewasa. Proses evakuasi dimulai sejak pukul 06.00 pagi dan hingga kini masih berlangsung,” ujar Murdika.
Evakuasi melibatkan sekitar 6 personel BPBD dengan bantuan Polresta Denpasar, Linmas, dan tokoh masyarakat setempat. Dua unit perahu fiber digunakan untuk memindahkan tamu akomodasi wisata, sebagian besar adalah wisatawan yang akan check-out.
“Semua yang dievakuasi adalah tamu vila di titik genangan air tertinggi. Tidak ada laporan warga yang meminta evakuasi ataupun kondisi medis darurat,” tambahnya.
Selain menangani evakuasi, empat personel BPBD lainnya bersiaga di wilayah Badung Utara untuk mengantisipasi kejadian seperti pohon tumbang dan tanah longsor. Meskipun dihadapkan pada keterbatasan personel, sinergi antara BPBD, kepolisian, dan masyarakat setempat terus dimaksimalkan.
Banjir mengakibatkan aktivitas masyarakat terganggu, termasuk wisatawan yang terjebak di lokasi banjir.
Tokoh masyarakat setempat, Wayan Puspa Negara, menjelaskan bahwa banjir ini merupakan siklus tujuh tahunan yang kembali terjadi. “Banjir terjadi dua kali selama dua hari pada jam yang hampir sama. Pada Sabtu (21/12), banjir mulai pukul 09.45 WITA dan surut sekitar pukul 02.00 dini hari. Kemudian pada Minggu, banjir juga terjadi pukul 09.45 WITA dan surut sekitar pukul 15.00-16.00 sore,” jelasnya.
Penanganan dilakukan melalui penyedotan air genangan oleh Dinas PUPR Badung dan Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida menggunakan pompa portable. Faktor utama penyebab banjir adalah curah hujan tinggi yang menyebabkan debit sungai meningkat, ditambah fenomena pasang laut yang memperlambat aliran air.
“Berkurangnya daerah resapan air juga memperburuk kondisi ini. Sedimentasi di Tukad Mati harus segera dikeruk secara berkelanjutan,” tambahnya.
Sebagai solusi, Wayan menyarankan peningkatan drainase di 18 ruas Jalan Dewi Sri, penambahan pompa penyedot air, serta pembuatan sodetan aliran Tukad Teba ke Tukad Mati. “Langkah ini harus dilakukan segera dan dikawal bersama,” katanya.
Sementara itu, Lurah Legian, Putu Eka Martini, menjelaskan bahwa titik banjir terparah berada di dekat Daerah Aliran Sungai (DAS) Tukad Mati. Kawasan seperti Jalan Nakula, Pandawa, Dewi Sri, Campuhan, dan depan kantor Lurah Legian ikut terendam.
Beberapa tamu vila dievakuasi menggunakan rubber boat karena ingin check-out. “Villa-villa itu berada di titik terendah, sehingga genangan air sangat tinggi,” ungkapnya.
Lurah juga menyebutkan bahwa banjir pada Sabtu lebih parah dibandingkan Minggu karena warga telah mengambil langkah antisipasi. Selain itu, kantor Lurah Legian yang baru saja direnovasi pun terkena banjir meskipun tangganya sudah ditinggikan. “Pompa-pompa yang diterjunkan membantu mempercepat surutnya air, bersama BPBD dan Linmas,” jelasnya. (Parwata/balipost)