Beragam produk ecoprint yang makin diminati karena ramah lingkungan. (BP/Cahya Dwipayanti)

DENPASAR, BALIPOST.com – Denpasar Festival kembali digelar dengan membawa berbagai produk kreatif lokal. Salah satu produk yang mencuri perhatian tahun ini adalah ecoprint, kain ramah lingkungan yang dihasilkan melalui teknik pewarnaan alami dari daun dan tumbuhan.

Produk-produk yang ditampilkan meliputi kain, tas, hingga pakaian dengan motif unik hasil cetakan daun asli. Motif-motif ini memberikan kesan eksklusif, karena tidak ada kain yang memiliki pola yang sama persis.

Salah satu tenant yang memamerkan produk-produk ecoprint adalah Druma Eco Wastra, sebuah kelompok ecoprint yang dipimpin oleh Dewi Purnama. Dewi, selaku ketua kelompok, mengungkapkan bahwa bisnis ini telah dimulainya sejak tahun 2019.

Bermula dari hobi dan belajar secara otodidak, ia akhirnya mendalami kerajinan ini secara serius. Druma Eco Wastra sendiri terbentuk melalui pelatihan yang dilaksanakan oleh Disperindag Kota Denpasar.

Baca juga:  Kartu Vaksinasi Jadi Syarat Wajib Mobilitas Warga

Dari pelatihan tersebut, dibentuklah kelompok yang beranggotakan para peserta untuk mengembangkan produk ecoprint bersama-sama.

Proses produksi ecoprint membutuhkan waktu yang cukup panjang dengan melalui beberapa tahapan. Tahap pertama adalah scouring, yaitu pencucian kain untuk membuka serat-seratnya dan menghilangkan kotoran.

Setelah dicuci, kain dijemur hingga kering. Tahap berikutnya adalah mordanting, di mana kain direndam dalam campuran bahan seperti tawas untuk mempersiapkan kain menerima warna dari daun.

Setelah itu, kain dijemur lagi hingga kering sebelum memasuki tahap penempelan daun pada permukaan kain. Kain yang telah ditempeli daun kemudian digulung dengan plastik dan dikukus selama dua jam.

Baca juga:  Gunung Agung Siaga, Polisi Gencar Sosialisasikan Informasi Pengungsian Hingga Pelosok

Produk yang dihasilkan oleh Druma Eco Wastra memiliki kisaran harga Rp150.000 hingga Rp600.000, bergantung pada tingkat kerumitan dan lamanya proses pembuatan. Mereka juga memproduksi sendiri kain yang digunakan sebagai bahan dasar.

Dewi berharap, melalui Druma Eco Wastra, semakin banyak orang di Bali yang tertarik pada kerajinan ecoprint, mengingat peminatnya masih sedikit saat ini.

Tenant lainnya yang turut memamerkan produk ecoprint adalah Bali Fine Craft. Luspa Martiningtiyas, pemilik bisnis ini, memulai usahanya juga pada tahun 2019. Awalnya, ia tertarik karena hobi membuat kerajinan tangan dan mendapatkan tawaran dari teman untuk mempelajari teknik ecoprint.

Baca juga:  Kelompok Petani Manik Sari Jatuh Bangun Berjuang, Akhirnya Tembus Pasar Internasional

Setelah mencoba menawarkan hasil karyanya kepada rekan-rekan dan mendapatkan respon positif, ia memutuskan untuk fokus mengembangkan bisnis ini.

Selain itu, kesadarannya akan dampak buruk limbah konveksi terhadap lingkungan, seperti pencemaran sungai, semakin mendorongnya untuk memilih ecoprint sebagai solusi ramah lingkungan.

Produk yang ditawarkan oleh Bali Fine Craft sangat beragam, mulai dari pouch, dompet, topi, tas, kipas, hingga baju, dengan harga berkisar antara Rp50.000 hingga Rp1.500.000.

Luspa berharap lebih banyak orang mencintai alam dengan mengurangi penggunaan produk berbahan pewarna kimia dan beralih ke produk ramah lingkungan seperti ecoprint. Hal ini sejalan dengan tagline bisnisnya, “Go Green With Eco Print.” (Cahya Dwipayanti/balipkost)

BAGIKAN