DENPASAR, BALIPOST.com – Denpasar Festival kembali hadir dengan beragam kreativitas lokal yang memukau. Berbagai tenant memamerkan produk-produk terbaik mereka.
Yang cukup mencuri perhatian adalah modifikasi kain endek menjadi busana modern. Salah satu tenant yang memamerkan produk modifikasi kain endek ini adalah Namaste 21 Handmade.
Tenant ini menghadirkan produk fashion yang terbuat dari limbah hasil produksi kain endek.
Novita Weslis Simanjuntak, selaku pemilik Namaste 21 Handmade, mengatakan bahwa ia memulai bisnis ini pada awal pandemi, dimana pada saat itu terjadi krisis ekonomi dan kelangkaan masker. Dengan berbekal mesin jahit tua, Novita berkreasi dengan membuat masker dari kain-kain bekas, yang kemudian dipromosikan di platform online.
Melihat antusiasme konsumen, novita mengembangkan produk yang dijualnya, dimana yang awalnya hanya memproduksi masker, berkembang menjadi berbagai macam produk fashion lainnya, mulai dari pouch, dompet, tote bag hingga tas.
Novita berharap ke depannya, para generasi muda lebih mencintai dan memelihara kain endek. Dengan mencintai produk-produk dari kain endek ini, banyak yang dapat dilestarikan.
Yang pertama yaitu budayanya yang sudah ada sejak ratusan tahun. Kedua yaitu penenunnya, dimana jika kita tidak mencintainya, lambat laun akan punah dan beralih ke profesi yang lebih menjanjikan.
Adapun tenant lain yang juga memamerkan produk dari Tenun Endek, yaitu Tenunalus Indonesia. Adi Surya, selaku pemilik dari Tenunalus Indonesia mengatakan, bahwa bisnis ini terbentuk setelah pandemi pada tahun 2023, ia mengatakan bahwa usaha ini akan ia majukan sehingga menjadi kehormatan untuk anak dan cucu kedepannya, dengan harapan tenun indonesia akan maju kedepannya.
Usaha ini dibentuk berawal dari kecintaan sang istri terhadap kain batik. Namun saat pindah ke Bali, yang banyak ia temukan adalah kain tenun. Dari banyaknya kain tenun yang ia temukan, Adi Surya ingin tenun ini menjadi bahan dari fashion yang dikenakan masyarakat lokal hingga global.
Produk-produk yang dijual di Tenunalus Indonesia berkisar dari Rp200.000 hingga Rp2.000.000, menurutnya dengan harga tersebut, pembeli sudah menghargai para pengrajin kain tenun, dan meningkatkan antusiasme para penerus tenun Bali selanjutnya. Tenunalus Indonesia tidak memiliki toko offline, namun ia rutin mengikuti pop-up market setiap minggunya.
Harapannya untuk tenun indonesia, agar dapat hadir bukan hanya di Indonesia saja, melainkan hingga Mancanegara. Sesuai dengan taglinenya yaitu Tradisi, Modern, Wastra ia berharap agar tenun menjadi tradisi di kehidupan modern. (Cahya Dwipayanti/balipost)