Suasana di Disability Corner yang ada di Denpasar Festival ke-17. (BP/Melynia Ramadhani)

DENPASAR, BALIPOST.com – Ada yang baru di Denpasar Festival 2024 yang diselenggarakan 22 hingga 25 Desember 2024. Kegiatan tahunan yang memasuki usia ke-17 itu memberikan ruang istimewa bagi para penyandang disabilitas untuk menunjukkan kreativitas melalui UMKM di “Disability Corner.”

Sebanyak 24 UMKM disabilitas dari berbagai sektor, seperti kuliner, kerajinan, barista, hingga jasa tarot, turut berpartisipasi. Di tengah keterbatasan fisik yang dimiliki, para pelaku UMKM disabilitas ini menunjukkan karya tanpa batasnya dan mampu menarik minat pengunjung untuk meluangkan waktu melihat dan membeli hasil karya mereka.

Program ini tidak hanya menjadi wadah inovasi tetapi juga mengusung semangat kesetaraan, dengan harapan masyarakat semakin peduli dan memberikan peluang yang setara bagi kaum disabilitas untuk berkembang dan berkarya.

Baca juga:  Puluhan Pemotor Terjaring Razia Prokes di Ubung

I Nyoman Juniarta, Ketua KUBE Disabilitas Gantarijaya Kota Denpasar, menjelaskan bahwa program ini melibatkan berbagai organisasi, seperti HWDI, Pertuni, Gerkatin, dan NPCI, yang berada di bawah naungan Graha Nawasena—rumah harapan disabilitas Kota Denpasar diresmikan pada 2 Desember 2022.

“Tempat ini di bawah naungan Dinas Sosial Kota Denpasar dan diresmikan oleh bapak walikota kita bapak I Gusti Ngurah Jaya Negara pada tanggal 2 Desember 2022. Setelah itu dibentuklah Namanya KUBE atau Kelompok Usaha Bersama Disabilitas Gantarijaya di Kota Denpasar,” ujarnya, Rabu (25/12).

Ketua Yayasan Teratai sekaligus koordinator UMKM Graha Sena, I Made Jerry Juliawan mengungkapkan bahwa UMKM yang dikelolanya sejak 2017 bersama komunitas tuna netra telah menghasilkan karya kaos dengan desain unik. Desain tersebut merupakan hasil lukisan teman-teman tuna netra yang kemudian dicetak ke dalam kaos.

Baca juga:  Gubernur Koster Resmikan Gedung MDA Kabupaten Badung

Ia yang menyandang tunanetra sejak kecil beruntung dalam keluarga yang suportif. “Saya mengalami tunanetra itu sejak kecil, jadi saya tumbuh di lingkungan keluarga yang sangat mensupport. Orang tua saya tidak pernah membedakan dan membuat saya lebih bertanggung jawab karena dari kecil saya diajarkan untuk mengerjakan sesuatu yang orang lainnya biasa kerjakan,” ungkapnya.

Seiring berjalannya waktu, ia pun bersekolah di SLB dan melanjutkan ke perguruan tinggi. Akhirnya, ia bertemu dengan teman-teman tuna netra yang juga punya keinginan untuk membuat komunitas, dengan tujuan memperkenalkan dunia tuna netra kepada masyarakat. “Kami ingin dengan karya kami, masyarakat mulai paham dapat mengerti bahwa penyandang tuna netra itu bisa berkarya dan bisa menghasilkan sesuatu yang perlu diapresiasi,” tegasnya.

Baca juga:  Sanggar Seni "Rwa Bhineda" Pentaskan Tari Prembon

Ia pun berharap masyarakat semakin menyadari bahwa penyandang disabilitas, termasuk tunanetra, mampu berkarya dan layak mendapatkan kesempatan yang sama di masyarakat.

Sementara itu, salah satu pelaku UMKM disabilitas, Angga Prawita menjalankan usaha jasa membaca kartu tarot sejak 2022. Ia, yang lahir prematur dan sempat menjalani perawatan di inkubator, menyampaikan rasa terima kasihnya kepada pemerintah Kota Denpasar atas dukungan tempat untuk pelaku UMKM disabilitas, serta keluarga yang selalu memberinya semangat.

“Ada dukungan dari pemerintah Kota Denpasar yang sudah memberikan tempat untuk kami para penyandang disabilitas, dan saya juga berterima kasih kepada keluarga saya yang sudah sangat peduli dan support saya,” ungkapnya. (Dimas Bayu Erlangga/balipost)

BAGIKAN