DENPASAR, BALIPOST.com – Banyaknya warga negara asing (WNA) yang berulah di Bali disayangkan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Tjok Bagus Pemayun. Hal ini dikarenakan mencederai pariwisata Bali.
Ulah WNA yang tercatat dalam setahun terakhir in cukup bervariasi, dari menggepeng, membangun pabrik narkoba, hingga yang terbaru diduga ada puluhan WNA melakukan pesta s*ks dan digerebek oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Bali.
Pemayun menilai sejumlah ulah WNA ini menandakan tata kelola pariwisata Bali belum maksimal. Untuk itu, pihaknya akan kembali memastikan tata kelola pariwisata melalui OSS yang sudah diajukan ke Menkomarves.
Ia berharap semoga kejadian ini tidak terulang kembali. Terlebih dunia pariwisata merupakan dunia yang sangat terbuka, sehingga Bali harus betul-betul dimonitor dengan baik.
Ke depannya Dispar Bali berkoordinasi terkait perizinan usaha pariwisata sehingga izin usahanya jelas dan tidak melanggar aturan. Ia menekankan izin moratorium penting dilakukan ke depannya, sehingga Pemprov bisa melakukan monitoring.
Terkait isu overtourism, ia menjelaskan bahwa Bali bukan terlalu banyak turis namun terlalu terkonsentrasi di satu kawasan (overconcentrate). Untuk itu, Dispar Bali sudah mengusulkan untuk melakukan tata kelola Bali dengan moratorium (penghentian pembangunan alih fungsi lahan sementara) sampai 2026.
“Bahasa kita itu tata kelola Bali karena memang alih fungsi lahan ini dirasakan terkonsentrasi di Bali Selatan, bukan overtourism tapi overconcentrate. Dan kita juga ajukan termasuk Nusa Penida karena itu menjadi atensi kita bersama,” ujarnya.
Menurutnya, overconcentrate ini terjadi karena segala jenis pembangunan ada di Bali Selatan. Belum lagi permasalahan kendaraan yang macet. “Kami berupaya ajukan moratorium, mencoba menyusun pola perjalanan. Bali itu kan tidak hanya di Bali Selatan, tapi ada Bali timur, utara, dan barat. Itu sudah selesai kami kerja sama dengan Udayana untuk menyusun pola perjalanan,” ungkapnya.
Pola perjalanan ini sudah dikomunikasikan dengan Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies (ASITA) Bali setelah itu ASITA akan menjual pola perjalanan tersebut ke partnernya. Pola perjalanan ini diharapkan dapat berjalan pada tahun depan. “Yang membuat wisatawan dominan berada di Bali Selatan disebabkan aksesibilitas di Bali Selatan paling mudah. Menuju ke Bandara, pusat kuliner dan beberapa daya tarik juga terasa dekat,” imbuhnya.
Diungkapkan, jumlah kunjungan wisatawan hingga November 2024 sebanyak 5,8 juta wisman. Kunjungan didominasi Australia, India, China, Eropa, dan Asia Tenggara. Sementara wisatawan domestik sebesar 9,1 juta orang. (Ketut Winata/balipost)